09 February 2011

Selamat malam pagi hari

Labels:

Aku belum sempat berujar "terimakasih Ibu, membiarkan aku hidup".

Didalam ruangan itu kamu hanya mampu terpekur diam. Entah apa yang menghujami hatimu, otakmu dan jiwamu. Semuanya datang dan enggan hengkang. Berjejal memaksa untuk melelahkan logika. Udara yang masuk ke rongga-rongga itu menyesakkan. Tarik nafas dalammu tak juga melenyapkan aral. Inilah sebuah Ruang, Waktu dan Alur yang kamu tetapkan sebagai titik tolak melambai masa depan.


Ruang
Aku hanya bisa terdiam ketika beberapa mata itu menelanjangi umurku. Memang aku masih muda. Jalanku pernah aku ukur, dan tidak berubah masih panjang. Masih ada ujung dimana aku akan berteriak ke belakang dan mengumpat kalo aku takkan pernah kalah.

Namun inilah aku disini. Disebuah pelataran realitas yang mau tidak mau harus aku lakoni perannya. Dan mereka, yah mereka boleh berujar apapun berbicara apapun dan mungkin kalo bisa mengumpat apapun.

Tapi perlu ku ingatkan ke dua kaki ini masih kokoh meminggul beban ini. Ke dua tangan ini masih kuat mengepal dan mampu membuat pingsan semua persoalan. Hati dan keyakinanku masih terpatri hebat hanya untuk menatap kembali mata kalian yang dijejali berjuta pertanyaan. Dan Perut ini biarkan dia hidup. Karena aku memang ingini ini.

Aku bukan korban. Aku seorang pemenang. Aku bisa melangkah tanpa harus ada belas kasihan. Sekalipun plakat kesalahan sekali-kali datang dan menampar, tapi aku tetap bertahan. Ingat aku masih mampu bertahan. Aku pahlawan dan aku pejuang. Ini revolusiku. Minggirlah ke tepi jika memang kamu iri.

Waktu
Silih berganti jalinan detik dan frame bergelayut melatari hari-hariku. Beberbagai pilihan datang dan pergi. Semua menghendaki keputusan. Semua bicara tentang kepentingan. Semua berkelakar tentang pengharapan.

Namun bisa kan membiarkan aku tuli sejenak? Biarkan aku diam dan berpikir, kemana harus aku bobol kebodohan dan logika yang saling bertumbukan di otakku. Biarkan ini ku selesaikan dengan cara terhebatku.

Di waktu kala itu. Mungkin aku hanyalah tubuh. Yah, hanyalah tubuh. Menjelma menjadi tubuh. Jiwaku ku biarkan bersenggama dengan keadaan. Dan cinta apalah artinya jika aku sudah menjadi seonggok tubuh?

Dan tak jauh dari sepersekian cahaya langit. Akhirnya aku berada ditepian. Sendiri tanpa gandeng tangan. Memilih melihatmu tunggang langgang tergopoh-gopoh menyandang cacat kemanusiaan.

Yah, jemari-jemari ini mencoba meranggai ujung tebing. Sekuat tenaga menarik tubuhku yang terpelanting keras diubin-ubin jelaga. Jemariku ku percayakan tekadku kepadamu. Entah esok pagi itu indah atau kelam, aku masih percaya embun itu masih cerah oleh rinai udara pagi. Aku percaya aku bisa.. walaupun sendiri..

Alur
Biarkan ini menjadi pertanyaanku esok hari...
selamat malam pagi hari...

KHILAF ITU INDAH

Jangan pernah takut untuk menulis. Jangan pernah merasa tidak bebas menulis. Jangan pernah merasa tulisanmu itu tidak lebih baik dari tulisan siapapun. Jangan pernah dipenjara oleh ketidakmampuan. Jangan pernah merasa tulisanmu tidak layak. Dan jangan pernah berhenti untuk menulis lebih baik menurut ukuranmu.

Apapun aksara dan kata yang kamu toreh. Kamu telah menulis kalimat indah dalam hidupmu. Kelak menjadi cerita, dongeng atau mitos tentang keberadaanmu, karena kamu menulis.

PREKMATANE!

Tentang

My photo
Aku adalah seekor manusia. Dan Selalu ada saat yang tepat untuk menjadi Raja di Kerajaan sendiri. Senoaji

Lagi Pipis

Lagi Pipis
ANTRI DONG!!