tag:blogger.com,1999:blog-69470462104633077642024-02-21T01:05:51.240+07:00The RoomsBercerita tentang kehidupan sosial kemanusian politik ekonomi dan parodi kehidupan, di kemas dengan gaya penulisan super kacau tapi suka-sukaSenoajihttp://www.blogger.com/profile/02177334293088725772noreply@blogger.comBlogger228225tag:blogger.com,1999:blog-6947046210463307764.post-73738750037825622492012-10-08T15:54:00.000+07:002012-10-08T15:54:15.154+07:00ReplikaTiba-tiba hujan turun tanpa intro. Orang-orang berhamburan berteduh menyelamatkan diri. Bukan takut mati tertimpa bulir hujan, namun takut bulir hujan berakibat matinya identitas diri. Semua aman, kecuali dia. Ya dia yang diam menggigil di emperan toko. Toleh ke penjuru arah mencari penyelamat.<br />
<br />
Dingin tak kunjung bersembunyi. Menelisik disela kain-kain dan menggoda pori-pori untuk ejakulasi.
Dimana ada penyelamat yang mungkin tiba. Membungkus tubuhnya dengan jaket tebal dan pelukkan mesra menghangatkan.<br />
<br />
<a name='more'></a><br />
Dimana ada penyelamat ketika air dikubangan terkoyak roda jalanan. Dan berhamburan menerjang tubuhnya. Dimana ada penyelamat yang berani mengusir bulir pasir dari kelopak matanya yang memerah perih.
Dan dimana ada penyelamat yang berdiri ngoceh disampingnya, bicara tentang astronomi tertutup mendung dan cerewet soal mobilisasi alam yang tak beraturan. Buat dia, itu penyelamatnya untuk tidak terlelap dalam pelukkan beton keras emperan toko.<br />
<br />
Lalu ada dimana penyelamat itu? Pikirnya? Atau pikirku?<br />
<br />
Yang aku tau dia cantik mempesona. Entah dia terusik gejala meriang atau tidak. Yang pasti cantiknya original tak mudah luntur hanya karena musamnya muka yang terkecoh alam.
Lalu kenapa aku hanya terdiam tak berrevolusi. Nasib ini kodrat ini sebagai lelaki yang butuh afeksi seharusnya lah situasi ini bisa terkondisi.<br />
<br />
Ku lepas jaketku dan ku berlari menembus hujan. Menyibak bulir-bulirannya. Melompati genangan. Mengelak loncatan partikel debu dan air comberan. Dan lepas dari jeratan orang jalanan yang teriak belingsatan. Target sudah terkunci, dia didepan sana menungguku tanpa hiraukan gemuruh tulangku yang menghatam bumi, terpeleset kaleng soda. Biadab! Inilah aku untuk si dia. Datang sebagai si penyelamat.<br />
<br />
"Jadi mas-nya mau sidang atau diselesaikan disini?!"<br />
"nganu pak.."Senoajihttp://www.blogger.com/profile/02177334293088725772noreply@blogger.com10tag:blogger.com,1999:blog-6947046210463307764.post-68900966645463710892012-08-27T23:39:00.000+07:002012-08-27T23:39:03.103+07:00TrsTidak semua yang ikut membelok. Ada yang bertahan atas nama kesederhanaan dan percaya diri. Namun konsekuensi musti dihadapi, menemukan ruang kosong tanpa isi. Tapi ini bukan kesendirian. Hanya belum ada keinginan untuk terlibat dan menstruktur lagi dengan balok-balok pola hidup. Belum waktunya, mungkin. Atau memang tidak ingin ada waktu untuk itu. <br />
<a name='more'></a>Entahlah semua jatuh pada seucap kata "pilihan". Yah, benar "pilihan" adalah Tuhan berbentuk mesin penjawab ketika tidak ada lagi pilihan. Sangat efektif, sedikit persuasif namun efektif pengaruhnya terhadap kualitas keputusan.<br />
<br />
Mungkin inilah yang disebut perubahan. Ada kalanya dipaksa maju. Namun ada kalanya maju itu menjadi kemunduran. Dan bisa jadi membawa sesuatu yang jauh lebih maju dan memberi ilmu, tinggal bagaimana cara memegang kemudinya. Tapi apapun bentuk narasi, deskripsi logiknya pasti ada sisi terbaik yang nyaman untuk sekedar telanjang bulat.<br /><br />Karena kita manusia, percaya Tuhan ada dimana-mana, mudah berubah wujud dalam wadah dan kaedah apapun. Senoajihttp://www.blogger.com/profile/02177334293088725772noreply@blogger.com4tag:blogger.com,1999:blog-6947046210463307764.post-14865470496822131812012-06-04T23:40:00.000+07:002012-06-19T13:18:12.490+07:00KoiHujan deras mengguyur semalam. Genangan air menghalau langkahku untuk melangkah ke warung makan diseberang jalan. Tapi perut ini lapar. Dan makanan tak kunjung datang esok itu. Nekat adalah solusi terakhir mengakhiri penderitaan. Berkecipak, berjingkat dan melompat kecil akhirnya bisa juga lolos. Yah, walopun sedikit basah celanaku, tapi tak mengurungkan niatku untuk sarapan pagi.<br />
<br />
Sederhana saja yang ku pesan untuk sarapanku. Nasi, sayur dan tempe goreng lengkapi dengan segelas teh panas. Tidak ingin muluk-muluk aku memanjakan perut. Ala kadarnya saja asal kenyang diakhir cerita. Sebentar saja lamunanku terjebak pada bayangan yang terpantul di gelas teh didepanku.<br />
<br />
<a name='more'></a><br />
Semalam mungkin lelap menyelimuti semua harapannya yang mungkin juga terwujud. Senyumnya, gelak tawanya dan manjanya pelukkannya memeluk malam dan sejuta gemerlap bintang buatan manusia. Dan lampu kontras warna sephia kota semakin membinarkan senyum kebahagiaannya. Aku suka..<br />
<br />
Bahagia kata dasar yang sederhana terucap namun mampu meledakkan hati menjadi kepingan-kepingan senyum yang tak bisa dilunasi hanya dengan berjanji.
Entah petir apa yang memaksaku melangkah menjauh dari kotaku hanya untuk mengkalkulasi sebuah kemungkinan-kemungkinan. Tapi apa salahnya, tak ada dosanya mengejar kemungkinan-kemungkinan itu dan mewujudkannya menjadi sesuatu yang bisa dikenang ketika duduk dibangku taman, kelak ketika menjadi tua. Mungkin..<br />
<br />
Ahh.. teh ku tak hangat lagi. Terlalu lama aku melamun. Yang ku sadari aku sudah kenyang dan ku tutup dengan sebatang rokok. Dan pagi itu aku masih di kota ini, ketika ku menyambut dia dengan senyumnya. Aku hanya melihat kesederhanaan menikmati kebahagiaan atas semua yang kita wujudkan malam itu.<br />
<br />
Hai..Senoajihttp://www.blogger.com/profile/02177334293088725772noreply@blogger.com15tag:blogger.com,1999:blog-6947046210463307764.post-89344394535703013202012-03-28T14:10:00.000+07:002012-03-28T14:10:11.602+07:00Yang TercintaJemari Tuhan sepertinya semakin terampil memainkan temali nasib boneka-bonekanya. Dengan gerakan tak beraturan. Tidak terpaku pada nada kehidupan dengan chordnya yang kian menjauh dari sumbang. Merdu seperti seruling bambu musik dangdut kelas kampungan. Dan mendayu tak ubahnya musik melayu republik ini yang sesak oleh cinta dan kisah mati bunuh diri. <br />
<br />
Untung saja perputaran bumi menempatkan rangkaian waktu ternyaman yang disebut sore hari. Dimana polah menepiskan sedekah. Lelah adalah mesin otomatis yang mengatur alur tubuh ketika tertatih diladang pertempuran nasib. <br />
<br />
<a name='more'></a><br />
Untuk bisa memahami, manusia adalah rangkaian mesin yang rumit namun rapuh. Perlu dijaga staminanya untuk bisa kembali mengangkat senjata dan membantai aral melintang esok harinya.<br />
<br />
Dialah perempuan itu. Mengayuh sepeda dengan backpack penuh keripik kentang dagangannya. Ini adalah pengenalan. Lidah dan rasa belum tentu sepakat dengan mulut terampil bak marketing lacur kelas borju. <br />
<br />
Pasar adalah sistem. Perut adalah bagian terpenting. Dan cita rasa adalah pilihan. Lalu dimanakah mencari sisipan untuk keripik kentang itu? Dia, perempuan itu sedang menyulamnya. <br />
<br />
Untaian yang kusut tentang rumitnya rejeki yang ditebar. Diurai satu persatu dengan semangatnya. Tak diharaukan sinar terik matahari. Peluh yang membanjir. Dan parahnya sebuah sistem Dia, perempuan itu percaya jalan itu banyak tinggal bagaimana memilih dan konsisten. <br />
<br />
Tak urung peluh itu kembali mencair. Di seka dengan bajunya. Dalam hati dia, perempuan itu bermonolog "Inilah usaha yang aku jalani, untuk mereka yang aku sayangi, aku bisa!"Senoajihttp://www.blogger.com/profile/02177334293088725772noreply@blogger.com4tag:blogger.com,1999:blog-6947046210463307764.post-74204701519662393952012-03-02T16:13:00.000+07:002012-03-02T16:13:35.504+07:00KarsonoNamanya Karsono iya saya masih ingat betul wajah dari pemilik nama itu. Bagaimana tidak, sepeda saya sempat menikmati hangatnya kolong truk yang dikemudikan olehnya..<br />
<br />
Truk itu menghantam bagian belakan sepeda dan tubuh saya. Sepeda terperosok ke kolong truk. Dan tubuh saya terlempar sekitar 2 meteran ke depan. Si pengemudi bergegas turun melihat saya berdiri sempoyongan ketepian jalan. Berkali-kali pengemudi menanyakan kondisi tubuh saya. Dan tak henti-henti berujar permohonan maaf karena telah menghantam tubuh saya dengan moncong truknya. Sembari membenahi emosi dan menggerakkan persedian lalu menenangkan jantung yang berdegup keras. Otak mulai saya gunakan untuk berpikir logis. Apa yang sedang saya alami barusan?<br />
<a name='more'></a>Nanar mata saya menatap kondisi sepeda. 3 tahun saya menabung untuk sepeda itu, sekali hantam saja saya menikmatinya dengan kondisi yang entah. Bisa saja saya luapkan emosi dengan menginjak kepala si pengemudi truk itu. Tapi buat apa? Toh sepeda saya tidak akan pulih. Toh nyawa saya tidak sekacau bentuk sepeda saya, masih ada dikandung badan. Itu yang menetralisir emosi saya. Dan modal untuk membuka obrolan penyelesaian masalah.<br />
<br />
Sepakat. Si pengemudi yang kemudian saya ketahui bernama Karsono berjanji untuk memenuhi kesepatakan yang dia buat sendiri. Menukar sepeda saya dengan yang baru. Itu yang dia janjikan kepada saya. Saya nurut saja, toh dia sudah beritikad baik. <br />
<br />
"Mas boleh bawa SIM saya atau apapun untuk jaminan"<br />
"Nggak usah kalo SIM kamu saya bawa, padahal itu modalmu kerja, bagaimana kamu bisa cari makan atau cari duit buat menukar sepeda saya seperti janji kamu"<br />
"...."<br />
"Udah saya percaya kamu orang baik, sekarang saya mau pulang, capek dan sakit semua badan saya"<br />
"Saya antar ke dokter mas.."<br />
"Gak perlu"<br />
<br />
1 Bulan tidak ada kabar dari Karsono. Sampai pada akhrinya 10 hari setelah 2 bulan janjinya. Pesan singkat masuk ke handphone saya.<br />
<br />
"Mas saya tunggu di POM Bensin..."<br />
<br />
Sebelumnya saya merasa sangat tertipu. Saya terlalu percaya dengan hati saya sendiri. Bahwa semua manusia itu berhati baik. Semua orang itu bisa dipercaya. Semua orang itu mampu dan berusaha menepati janjinya. Saya benar-benar tertipu. BAJINGAN kata saya setelah 2 bulan Karsono tidak menepati janjinya.<br />
<br />
Karsono sudah menunggu di POM bensin itu semenjak pukul 7 pagi. Dan saya akui saya terlambat 15 menit. Truk itu truk yang menghantam saya dan sepeda saya. Emosi tak terbendung. Saya lihat Karsono gelisah melihat kedatangan saya. Motor saya parkir. Dan sekita itu juga, emosi saya meluap. BAJINGAN! SAYA PERCAYA SITU! TAPI SITU MBAJING INGKAR JANJI! Karsono tidak berusaha menghindar ketika saya lempar helm saya ke mukanya. <br />
<br />
"Pukul saya saja mas, bawa saya ke kantor polisi kalo perlu, saya pasrah mas"<br />
"SAYA CUMA MAU SITU TEPATI JANJI.."<br />
"Iya mas saya sudah berusaha, tapi saya benar2 bingung, saya hanya dapat segini mas"<br />
<br />
Karsono mengeluarkan isi dompetnya. Ada beberapa lembar uang ratusan ribu. Dan dia keluarkan lagi 3 lembar uang ratusan ribu dan selembar kumal uang 5 ribuan. Ditarohnya 3 lembar uang ratusan ribu itu bersama dengan lembaran uang ratusan yang lain.<br />
<br />
"yang 5 ribu buat saya makan mas, itu yang saya punya mas.. kalo mas gak mau trima saya terserah mas, mau dibawa ke polisi, mau dipukuli mau dimatiin juga saya pasrah mas.."<br />
<br />
"Istri saya sakit mas... waktu saya mau berangkat nemuin mas, istri saya disenggol motor, dia harus ke rumah sakit, kalo gak percaya ini tagihannya mas"<br />
<br />
Karsono mengeluarkan struk rumah sakit. Saya diam.<br />
<br />
Saat itu juga saya merasa seperti orang paling jahat sedunia. Saya mampu membeli sepeda dengan harga segitu, bahkan saya bisa beli sepeda lagi tanpa harus menuntut janji si Karsono. Padahal uang segitu buat Karsono adalah 4 bulan honornya. Dan sekarang harus untuk memenuhi janjinya. <br />
<br />
Ludah emosi yang saya lemparkan ke Karsono tidak bisa saya telan lagi. Kerongkongan ini kering. Sekali lagi saya melihat seorang lelaki menangisi nasibnya. Beban hidupnya. Keterbatasan yang dipunya membuatnya menjadi merasa teraniaya oleh hidup. Beban yang dipinggulnya seakan-akan berlipat ganda dengan janji yang terlanjur dia buat untuk saya.<br />
<br />
"saya tidak melihat besarannya. saya hanya melihat besaran niatmu untuk menepati janji, kamu orang baik. Maafkan saya"<br />
<br />
Dompetnya saya ambil. saya masukkan lagi uang yang seharusnya jadi miliknya. Dan dia menolak ketika uang yang seharusnya diberikan ke saya, saya kembalikan lagi.<br />
<br />
"Ini haknya kamu mas, saya tidak mau dikasihani, saya tidak mau anda kenal sebagai lelaki yang tidak bisa menepati janjinya"<br />
<br />
Saya terdiam.<br />
<br />
Karsono pamit untuk melanjutkan perjalanan pulang. Ku lihat truk itu berputar didepan saya, dan sempat saya baca tulisan di bak belakang truk itu. THOLEE! BAPAK PULANG BAWA UANG!Senoajihttp://www.blogger.com/profile/02177334293088725772noreply@blogger.com6tag:blogger.com,1999:blog-6947046210463307764.post-16558642024568849852012-02-16T18:23:00.000+07:002012-02-16T18:23:07.458+07:00MATANEOrang itu hanya melihat. Tidak segera turun dari bis yang dia tumpangi. Kemudian menghampiri sekumpulan pria-pria paruh baya yang sedang makan siang. Lalu menanyakan "apakah bapak-bapak sekalian tidak bekerja hari ini?"<br />
<br />
Tapi tidak, orang itu nikmat dengan gadgetnya, kemudian menyebarkan berita yang belum tentu kebenarannya. Membangun opini sepihak dan tidak bertanggungjawab. Bagaimana jika benar memang pria-pria paruh baya itu sedang menjalankan tugas. Pamit ke orang-orang yang mereka cintai untuk bekerja dan menjalankan tugas keluar kota. Dan mereka lapar dan capek lalu makan diwarung? <br />
<br />
<a name='more'></a><br />
Iya memang identitas mobil mereka memang bukan dari kota itu. Dan jika benar memang mereka mangkir dari pekerjaan mereka. Alangkah baiknya penyebar berita, jika ingin menginformasikan sesuatu yang menuntut kelengkapan fakta, seharusnya mengklarifikasi kebenarannya. Tidak langsung melempar opini ke ranah publik tanpa kejelasan fakta. Parahnya jika opini itu dilempar hanya dilakukan dengan menggunakan indera penglihatan. Melupakan mulut untuk bertanya dan kuping untuk mendengar dan otak untuk memprosesnya.<br />
<br />
Ini memang bukan hal besar yang sepantasnya dibahas. Namun dari hal sekecil ini, cenderung menguatkan opini negatif yang tidak bertanggungjawab. Dari hal sekecil itu penikmat dipaksa untuk mensetujui kata-katanya. Yang terjadi adalah reboisasi dan pemupukkan opini yang kemudian mungkin menjadi skeptis. Parahnya jika merebak menjadi kebencian. Hmmm... Apa gak bosen kita membaca berita-berita yang bikin kita muntah darah emosi, mukok kebencian tiap harinya?<br />
<br />
Memang nikmat menyebarkan opini tanpa tanggungjawab. Biasanya melenggang terus dan menikmati eksistensinya sebagai orang yang dimuliakan karena kata-katanya. Tapi menurutku itu PREK MATANE!!Senoajihttp://www.blogger.com/profile/02177334293088725772noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-6947046210463307764.post-78774274604890016282012-02-07T16:52:00.000+07:002012-02-07T16:52:58.812+07:00MakaAku, kamu, dia dan si lelaki. Semangkuk wedang ronde, kita keroyok berdua. Dia dan si lelaki menatap tajam aku dan kamu. Lalu isyarat ketidaknyamanan keluar dari mulut si lelaki. <i>Sssttt..</i> Aku tertawa terbahak sekeras mungkin, kamu pun begitu. Si lelaki dan dia melengos membuang muka dan kembali "berdoa" menundukkan kepala, khidmat.<br />
<br />
Tak henti-hentinya kamu mencibir kritikus yang berkoar masalah tuntaskan pengangguran. Kamu bilang Tuhanpun malfunction persoalan pengangguran. Manusia itu semakin melebarkan mulutnya seakan-akan dia seorang superhero yang diciptakan sebagai pahlawan. <br />
<br />
<a name='more'></a><br />
Ku bilang tenang jangan biarkan emosimu jadi liar. Tapi kata-kataku tak membiusmu. Hanya sesuap ronde yang mampu menenangkannya. Kamu tersenyum. Aku bahagia. Lalu DASAR KRITIKUS BAJINGAN KALO KAMU BISA KASIH PEKERJAAN PADA PENGANGGURAN KU JADIKAN KAMU IDEOLOGIKU!!! Aku pun tertawa terbahak kembali. Tapi tidak dengan dia dan si lelaki yang menatap kami selayaknya binatang luar angkasa. <br />
<br />
Kemudian secepat kilat dia dan si lelaki kembali "berdoa" menundukkan kepala, khidmat!<br />
<br />
Ku geser pantatku. Pegal rasanya duduk bersebelahan dengan kamu. Sekarang kamu begitu lahap menuntaskan wedang ronde. Bibirmu seakan bergumam tak mencela seleramu akan nikmat dan hangatnya wedang ronde. Kamu cantik, ujarku. Menoleh ke arahku sembari sendok itu masih terhimpit bibirmu. Matamu tersenyum, bibirmu tak bicara, hatimu menerka. <br />
<br />
Namun layar kaca berkoar lagi. Bubar sudah, perhatianmu begitu cepat berpaling. ASULAH KAMU WAHAI... Tak tahan, akupun tertawa lagi. Tak ku sadari, sendok terakhir dari wedang ronde siap kamu suapkan ke aku. Dengan tatapan matamu seperti itu BAJINGAN mana yang tidak ingin mengakhiri profesinya. Berhentilah tertawa dan kunyah dulu rasa sayangku ke kamu. <br />
<br />
Si lelaki dan dia berdiri didepanku. Aku menatap kamu. Si lelaki mengaum sekeras mungkin. Aku menyeka rambutmu. Si lelaki menyalak segalak mungkin. Ku bilang kamu cantik. Si lelaki menggonggong berkali-kali. Ku seka kuah ronde yang menempel di pipimu. Dan si lelaki ngos-ngosan. Ku bilang padamu, mari kita lanjutkan ini di kuadran lain. <br />
<br />
Dia : sebenar-benarnya penyangkalan apa yang kita lakukan selama ini?<br />
si lelaki pun menundukkan kepalanya khidmat..Senoajihttp://www.blogger.com/profile/02177334293088725772noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6947046210463307764.post-3577117835235905242012-01-04T19:40:00.000+07:002012-01-04T19:40:46.435+07:00SubsonicLetupan meracuni udara. Memporakporandakan kelam menjadi pelangi sekejap. Indahnya bukan main. Cantiknya tak tertandingi. Walaupun itu pekat menyumpal gendang telingan dari suara yang diteriakkannya. Bukan mereka saja. Tapi ada kalian, kita, dia, kamu dan sisa embun yang menetes dari langit. Berkali-kali tak berharap berhenti. Lalu apa yang yang membuat mereka begitu indah? Karena pelukan dibawah hujan yang malu-malu. Dan hangatnya selalu ada. Bersama.<br />
<br />
<a name='more'></a><br />
Lari dan lari. Menelusuri lorong pertokoan. Menapaki tergesa-gesa dua anak tangga. Dan berakhir pada pilihan. Mungkin bukan itu yang mereka inginkan. Memang benar bukan itu yang mereka inginkan. Labirin yang berhasil mereka urai, seakan-akan kembali berreformasi, menjadi rumit seiring nafas yang terengah-engah. Lalu apa yang menjadikan mereka tetap tersenyum? Mereka saling ada. Saling menjabat tangan. Bersama.<br />
<br />
Lembutnya tak bisa dijangkau oleh logika. Ini hanya akan selesai dengan fantasi. Setiap terkembang. Setiap kerlingnya adalah puisi. Bukan berarti diragukan ada-nya. Mereka ada dalam sebuah kotak. Berseberangan. Satu melahap manisnya sebuah perhatian. Dan satu menatap sebuah bentuk konkrit, bentuk nyata bukan belitan kabel-kabel fatamorgana. Lalu apa yang membuat mereka saling percaya, bergejolak ketika bersua? Karena mereka, selalu menikmati cinta subsonic. Bersama.<br />
<br />
<i>"Save The Orange Fish, Save The Moment" </i>Senoajihttp://www.blogger.com/profile/02177334293088725772noreply@blogger.com3tag:blogger.com,1999:blog-6947046210463307764.post-39786509793530632502011-12-18T03:25:00.000+07:002011-12-18T03:25:04.569+07:00NobelMenelisik cerita seorang teman. Ada satu dua dan tiga hal yang bisa aku serap. Menurutku itu baik. Menurutku juga itu sebuah pembenahan. Berbenah diri mungkin itu benang merah. Lalu kenapa harus aku berbenah diri. Apa ada yang salah selama ini dari diriku? Mungkin ada mungkin tidak. Toh aku hanya sesuatu yang disebut manusia. <br />
<br />
Tidak ada yang bisa disempurnakan hanya karena teranggap makhluk yang paling tinggi derajatnya. Bukan jaminan untuk mengisi kuota makhluk calon penghuni surga. Ya semua orang, semua manusia berhak berandai-andai. Memprediksi dan berpolah religi. Tapi bukan berarti logika harus ditinggalkan dalam laci. Masih bisa dipakai untuk hal-hal yang sifatnya realistis.<br />
<br />
<a name='more'></a><br />
Temanku setengah jalan lolos dari cobaan terberat dalam hidupnya. Bisa hidup selamanya namun bisa saja terbaring selamanya. Tapi nasib bicara lain. Dia masih bisa bertutur tentang apa yang dinamakan bersyukur. <br />
<br />
Mengubah dirinya menjadi sesuatu yang disebut manusia untuk lebih menghargai nyawa dan hidup. Ku paksa lepas dari percobaan membayangkan nasib itu jatuh ke hidupku. <br />
<br />
Tapi tidak percobaan itu selalu datang dan menggumpal di otak dan dihati. Menciptakan tatanan alur cerita yang belum tentu aku sanggup menopangnya. Benar kata semua orang, bahwa Tuhan takkan memberikan cobaan diluar kemampuan umatnya. Hanya itu yang aku cekal sebagai acuanku untuk menentukan nasib hidupku sendiri.<br />
<br />
Lalu apa yang bisa aku timba dari cerita temanku. Yaitu bersyukur, bersyukur untuk apa-apa yang sudah aku terima. Namun persoalan memberi itu yang jarang sekali aku lakukan. <br />
<br />
Bukan tidak ada kesempatan, tapi mengabaikkan kesempatan itu hanya karena atas nama rutinitas. Mungkin kelak suatu hari, aku ingin sekali menaikkan grafic kualitas hidupku. Setidaknya walo sedikit tapi bisa mengobati rindu akan hidup yang memiliki kualitas.Senoajihttp://www.blogger.com/profile/02177334293088725772noreply@blogger.com4tag:blogger.com,1999:blog-6947046210463307764.post-88140085656388325222011-10-20T00:30:00.000+07:002011-10-20T00:30:07.706+07:00KrikKian menjauh dari hingar bingar kota. Menelisik sejenak tentang hura-hura, huru-hara, selubung cerita dan warta yang berterbangan lewat udara. <br />
<br />
Ini dunia berjejaring, semua orang bisa terbelit kabel-kabel maya. Entah itu mencekik atau mengurai gelak tawa. Muntah pujian, supremasi pendapat, perang kredibilitas atau cukup bercita-cita menebar dan mengajarkan pengetahuan. Semua menarik, itu candu. Menjemukan tapi asik. Asik lalu mari pipis. <br />
<br />
<a name='more'></a><br />
Dan malam kian meransuk, membiaskan awan yang bertengger diubun-ubun langit. Menipisnya udara diparu-paru dan hidung yang tersumpal lendir. Kesempurnaan ini berpoligami membentuk elegi lelah ditepian parit berkawan besi bermotor yang putus kait geriginya. <br />
<br />
Ini adalah posting tentang aku, jalanan sepi, lelah dan montor yang pedot rantene.Senoajihttp://www.blogger.com/profile/02177334293088725772noreply@blogger.com4tag:blogger.com,1999:blog-6947046210463307764.post-75859141870137651832011-08-05T15:51:00.000+07:002011-08-05T15:51:10.371+07:00RekamDibalik teropong kamera ini. Ku lihat wajahmu muram. Gelisah tak tentu arah. Mencari celah-celah ternyaman disela hiruk pikuk tamu yang memberi selamat untuk pernikahanmu. Ini tidak disengaja. Aku disini bukan untuk mengabadikan masa lalu. Tapi merekam jejak terakhirmu melepas statusmu. Dan aku dibayar. Aku bekerja. Bukan untuk menyimak kembali sepotong cita-cita yang pernah kita lontarkan bersama. Nikah!<br />
<br />
Mungkin masa itu sudah lama terkubur membusuk dalam jangka loncatan sel otak memori. Tapi sekilas menajam kembali ketika bersentuhan dengan sesuatu yang disebut kata janjia mati untuk hidup bersama. <br />
<br />
<a name='more'></a><br />
Yah, ini bukan deskripsi tentang pengingkaran atau lepas kendalinya sebuah kesempurnaan yang berujung moksa masing-masing. Tapi ini sesederhana menebak waktu yang melangkah tiap detiknya. Waktu memang punya cara sendiri melakoni cerita-ceritanya. Dan semudah menghapuskan jejak detik terakhir, menimpanya dengan detak jarum waktu yang baru.<br />
<br />
Kamu menjadi ratu sejagad semalam. Bersanding lembayung molek segenap aksesoris keindahan bumi. Cantikmu tak terberai. Harum tubuhmu masih seperti yang dulu. Dan ini akan menjadi pembunuhan paling biadab ketika sesekali kamu melempar senyum satir ke arah kamera dan mataku. <br />
<br />
Fokus lensa tak berubah merekam detail pergerakan lakumu menjambangi pesta itu. Mungkin aku saja yang tak kuasa membelah diri antara emosi dan profesi. 1 kaset ini habis untuk melukis wajahmu digulungan pitanya.<br />
<br />
3 jam sudah larutan kasmaran yang absurd mencincang sadis gejolak angan. Terpontang-panting antara kebutuhan stock gambar dan melumerkan emosi yang terkalang profesi. Lelah juga, ku bereskan perlengkapan dan alat perekamku. Ku kemas rapi ketempatnya. Dan siap ku beranjak pergi. Namun.. sapaan lembut menahanku. Ku menoleh ke arah suara itu.<br />
<br />
"Terimakasih.."Senoajihttp://www.blogger.com/profile/02177334293088725772noreply@blogger.com8tag:blogger.com,1999:blog-6947046210463307764.post-81959655433766751242011-05-30T16:04:00.000+07:002011-05-30T16:04:37.858+07:00RemukKumal, lusuh tak beraturan dan jauh dari bau semrebak minyak wangi, kecuali bangkai cicak yang entah terselip disela bajunya. Celana hitam dekil, compang camping. Pinggulnya yang kurus kering tak mampu lagi menahan celana yang melorot sebelah. Dan ups! Kelaminnya pun nyaris kelihatan.<br />
<br />
Rambul, gimbal kotoran dan kencingnya sendiri. Berikat kepala tali kutang, entah dari jemuran yang mana. Wajah kuyu berdaki tebal, kumis melebat, jenggot tak terawat dan koreng dipelepisnya yang tak mengering. <br />
<br />
<a name='more'></a><br />
Beralas kaki plastik kresek rusak warna merah yang diikatkan sebatas mata kakinya. Sesekali berjingkat, panas karena terik matahari yang menyapa lapisan kulit luar kakinya yang pecah-pecah. Lalat memang suka kondisi itu, berterbangan memutar, menyimak dan membaca peluang untuk berbagi bakteri. Hinggap di tumitnya. Geli, digaruknya tumit itu dengan kakinya.<br />
<br />
Sebatang rokok kretek terselip diantara jari telunjuk dan jari tengah. Berjingkat, tercekat karena kukunya yang hitam terbakar bara rokok. Dilempar jauh. <br />
<br />
Kerut keriput kantung matanya dan dahi yang mengerut tajam. Memicingkan mata dengan tatapan paling kosong sedunia. Tapi terarah dan tertuju. Seperti mengutarakan sebuah maksud. Seperti berujar sebuah kata tentang masa lamapu yang pernah menjadi bagian dari hidupnya.<br />
<br />
"keretaku datang! Kereta ku datang!"<br />
<br />
Lelaki itu berlari mengejar salah satu gerbong kereta. Penumpang berhamburan keluar. Satu persatu dilihat dengan serius sekali oleh lelaki itu. Penumpang pun risih dan menjauh sebaik mungkin. <br />
<br />
Sampai gerbong itu tak ada lagi penumpang. Sepi, kosong. Lelaki itu masih berdiri didepan pintu keluar gerbong. Sesekali melongok ke dalam untuk memastikan, masih kah ada penumpang yang belum keluar. <br />
<br />
"Anak istriku?! Anak istriku?! Dimana mereka?? ANAK ISTRIKU!!"<br />
<br />
Lelaki itu meronta, menghamtamkan kepalan tangannya ke besi gerbong itu. Berkali-kali, berkali-kali dan berkali-kali. Petugas sigap mengamankan lelaki itu dan menyeretnya ke luar dari lingkungan stasiun. <br />
<br />
Salah satu petugas memungut tas kresek lelaki itu. Kemudian melemparnya ke tong sampah. Isinya berhamburan. Tergeletak lusuh foto seorang lelaki berpose bersama anak dan istrinya. Dan selembar koran mewartakan kecelakaan kereta api yang merenggut puluhan nyawa.Senoajihttp://www.blogger.com/profile/02177334293088725772noreply@blogger.com9tag:blogger.com,1999:blog-6947046210463307764.post-40265408315246068292011-05-05T10:16:00.000+07:002011-05-05T10:16:54.906+07:00BeraiIya kamu kanvas ini, yang saya corat coret ini. Kamu gak lebih dari media memberi jaminan eksistensi belaka. Dikenal, disayang ataupun dihujat itu karena kamu. Lalu kapan saya harus ejakulasi pemuasan diri? <br />
<br />
Tak kan pernah saya dapat, mungkin. Karena ya kamu, kamu sudah memiliki independensi sendiri. Mengontrak nyawa sendiri dan berperilaku dengan setting advance. <br />
<br />
<a name='more'></a><br />
Kamu telah lepas kendali. Memberi saya sedikit oksigen untuk saya hirup lewat lubang pantat dan menghembuskannya melalui pori-pori. Sesak nafas menjangkit di otak sebelah kiri. <br />
<br />
Dan kian hari, kamu telah menciptakan hegemoni mati suri yang sempurna untuk saya. Lalu kapan hak saya membunuhmu dengan segala rasa hormat?<br />
<br />
Namun tidak, demi segala bedebah html dari kelas CSS. Kamu juga berkontribusi membentuk saya menjadi seonggok daging mentah dengan otakknya yang teraliri listrik mekanik. Memproduksi sel-sel baru yang kulturis. <br />
<br />
Budaya membrondong nafsu, hasrat dan pelampiasan menjadi satu batalyon kata-kata yang terberai asik.<br />
<br />
Tapi saya tetap menumbuhkan dendam ini. Jadi kapan kita akan saling membunuh?Senoajihttp://www.blogger.com/profile/02177334293088725772noreply@blogger.com5tag:blogger.com,1999:blog-6947046210463307764.post-41107808325958137582011-04-09T03:29:00.000+07:002011-04-09T03:29:59.018+07:00Aras KembangJatuh cinta memang selalu nikmat di pagi hari menjelang subuh. Karena biasanya langit cerah, udara masih sejuk dan pergeseran malam seiring suara binatang malam adalah menawan dan manis.<br />
<br />
Hebatnya lagi ketika duduk sendiri di teras rumah sembari menunggu matahari terbit. Siap-siap seduh kopi dan panasi mendoan semalam. <br />
<br />
<a name='more'></a><br />
Dan ketika waktunya tiba, ketika matahari mulai mengintip dari garis horison nan jauh disana. Ceruit burung gereja mulai mewarnai di pepohonan. Sayup suara kereta di kejauhan. Dan semilir dingin angin mulai masuk ke rongga tulang. <br />
<br />
Maka Sempurnakan dengan Srupuan kopi pertama kali, gigit mendoan dan ada dia di sisimu, walopun hanya dalam bentuk mengulas lagi ketika saat-saat bersama dia. Hmmm... hati seakan di pupuk organik, cinta tumbuh subur, sehat dan semakin abadi. <br />
<br />
jadi kapan kamu duduk disini, bersama ku?Senoajihttp://www.blogger.com/profile/02177334293088725772noreply@blogger.com6tag:blogger.com,1999:blog-6947046210463307764.post-39884146966903595642011-04-04T15:01:00.000+07:002011-04-04T15:01:45.855+07:00L' anthemAir seakan terjun payung dari awan yang mengudara. Tak mau berhenti membombardir daging mentah bernyawa ini dengan tubuh mereka yang dingin. Berkecipak di pori-pori merasuk kedalam kulit ari. Dan aku menggigil. <br />
<br />
Entah berapa waktu lagi yang aku butuhkan untuk melibasnya dengan cepat. Jarak kian mendekat namun melar jauh ratusan meter ke depan. Tidak ada yang bisa aku lakukan selain melaju cepat dan meninggalkan desing lumpur yang berhamburan di jalanan. Aku ingin segera disana.<br />
<br />
<a name='more'></a><br />
Bingung dan bingung. Benarkah aku dilautan? Lalu kenapa ikan paus, hiu dan teri itu tidak saling memburu. Berjalan pelan dengan kecipaknya. Mencari daratan untuk bisa menderu gemuruh mesinnya. Tidak ini bukan lautan. Dan aku tidak melihat nelayan berhamburan disini. Aku melihat mereka dalam genangan. Dan aku yang tenggelam ditengah riuh jalanan. Hentikan halusinasi ini karena aku ingin pipis!<br />
<br />
Bodoh, jelas aku bodoh dua kali aku menyusuri kebodohanku sendiri. Bendungan kemihku seakan menyempurnakan kebodohanku. Lobang yang relevan dengan cairan kencing tidak juga aku temukan. Dan parahnya bayangan kemarahan melingkar di kepala. Ahh biarlah aku ingin pipis dan menuntaskan semua.<br />
<br />
Sendal jepit, celana jin yang digulung sebatas tumit dan rambut yang terkuncir semrawut. Bisa aku tebak, protes pun keluar karena telatnya informasi akan adanya lautan didepan sana. Tapi buat apa aku tanggapi, karena yang perlu ku ajak beradu argumentasi adalah mata hati dan senyummu. Itu yang aku tunggu, itu yang aku mau. Cantik.<br />
<br />
Jangan mengumbar perkara tentang esensi kedinginan. Karena aku sedang berproses melawannya. Lihat kelakarmu tak hentinya meyakinkan bahwa hangat dekapan hujan lebih baik dari perkara, kain basah yang lengket. <br />
<br />
Dibawah payungan hujan dua daging bernyawa saling bertegur sapa. Singkat dan tidak bertele-tele. Namun seakan-akan menyala menghidupkan lagi api dalam hati yang sudah dibatas nol derajat celcius karena dingin. Sekali lagi pelukan hujan lebih hangat dari tokoh wayang anak-anak manca. Dan..<br />
<br />
Cukup dengan mata kita bicara. Aksara jarak dan waktu yang kita rindukan, kita lafalkan dari nanar, kedipan, airmata dan kelopak yang menganga. Tak perlu mulutmu bicara lantang tentang sebuah penjelasan, kalo bulan itu seperti itu dan hujan seperti ini. Diam dan kembalilah dalam dekapan mataku. Karena aku sedang jatuh cinta.Senoajihttp://www.blogger.com/profile/02177334293088725772noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-6947046210463307764.post-25882046997711918532011-03-09T02:59:00.000+07:002011-03-09T02:59:28.069+07:00Baju TidurSaya selalu suka Wall - E. Kenapa? Karena di film animasi itu ada pengadegan yang mampu mengawinkan teknologi dan memories love song. <br />
<br />
Yap, ada pengadegan dimana Wall - E begitu penasarannya dengan si Eva dan mencoba menguntit Eva dan aktivitasnya mencari bibit tanaman. Ada beberapa adegan lucu dan menggelitik namun menjadi sangat indah ketika di backgroundni lagu dari Louis Armstrong La Vie En Rose. <br />
<br />
Dan romantisme teknologi animasi dan lagu itu menjadikan film itu khususnya pengadegan tersebut diatas menjadi dalem banget. <br />
<br />
Dan menjadi sangat menawan karena...<br />
<br />
<a name='more'></a><br />
La Vie En Rose By Louis Armstrong<br />
Songwriters: David, Mack;Louiguy (Guglielmi);Piaf, Edith (Gassion)<br />
<br />
<iframe allowfullscreen="" frameborder="0" height="300" src="http://www.youtube.com/embed/XGbcMuhlNiA" title="YouTube video player" width="400"></iframe><br />
<br />
<i>Hold me close and hold me fast<br />
The magic spell you cast<br />
This is la vie en rose<br />
<br />
When you kiss me, heaven sighs<br />
And though I close my eyes<br />
I see la vie en rose<br />
<br />
When you press me to your heart<br />
I'm in a world apart<br />
A world where roses bloom<br />
<br />
And when you speak, angels sing from above<br />
Everyday words seem to turn<br />
Into love songs<br />
<br />
Give your heart and soul to me<br />
And life will always be<br />
La vie en rose<br />
</i><br />
<br />
Menyambut 18 ketiga (koreksi jika salah)Senoajihttp://www.blogger.com/profile/02177334293088725772noreply@blogger.com8tag:blogger.com,1999:blog-6947046210463307764.post-70784243322290477642011-02-22T04:54:00.002+07:002012-06-19T15:58:41.178+07:00Menuangkan Dan MengakhiriHush! Ra ijan ijen.. Gebelet yo? Gegeggegegegeg!<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://www.senoaji.com/2011/02/melihatmu-meninggalkan-aku.html" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjJ_w81ff9gq5VB8qz2DedFzuGHAqncCgsrUgLV8w9juzZsttLNqVGNudTfcE48LgMOiBOJTdHOwpP4sEWfdhFMuP8ebkmry7DqdL3ZhtUlgXxvL607g6z0z0duVMQC4cSpfiQ00XzPmyo/s400/1c-aji.png" width="361" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgOwb49IpZvPeDzLvDl9qKOOQeOaNZ8n2uTw8Ey7yQvXcTCS1Z2n0Yl4Zyx0MeYmLOwxyDHvgiL_jxHN5d_WmONXmBzrEH8k-OMNTosKrUQjMRePXiCMP6FdVXF8HxBu6DQY4ksjY3-2_I/s1600/1c-aji.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><br />
</a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>Senoajihttp://www.blogger.com/profile/02177334293088725772noreply@blogger.com7tag:blogger.com,1999:blog-6947046210463307764.post-47728886742905513322011-02-20T19:36:00.000+07:002011-02-20T19:36:14.605+07:00AldebaranIni bukan persoalan dimana letaknya. Tapi ini persoalan perannya. Letaknya mungkin begitu indah untuk yang mencintai letak adalah mutlak. Tapi bagi kami yang kadung jatuh cinta pada perannya, letak bukanlah persoalan besar. <br />
<br />
Yah, terangnya lah yang kami cintai. Bentuk dan wujudnya boleh kalian miliki. Ini bukan pembodohan ini adalah perjuangan memenangkan keyakinan. Harapan itu bukan mitos. Harapan itu elegi. Bagaimana kita mencintai dan mencipta sebuah harapan dengan susunan partikel paling dahsyat, yaitu humus cinta.<br />
<br />
<a name='more'></a><br />
Jadi jangan persoalkan kemenangan jika kalian memiliki segalanya. Tapi melongoklah, keterbatasan dan penyempitan ruang gelak, habitat gerak dan populasi gemertak lalu kemudian bisa menjadi pemenang walopun tidak di tribun kehormatan itulah yang disebut pergerakkan antusiasisme. <br />
<br />
Tapi hanya kami yang bisa menikmati. Hanya kami yang bisa merasakan. Hanya kami yang teguh terhadap kekosongan itu tidak sepenuhnya sepi. Hanya kami yang melahap habis serpihannya dan menyulam kembali dan menerbangkannya ke langit. Hanya kami yang tau. Hanya kami. Bukan kalian atau mereka atau kamu sekalipun.<br />
<br />
Dan jika Aldebaran harus meredup, kami ada untuk menyalakannya dan membuatnya terang kembali karena kami Kaus Australius sejati.<br />
<br />
Karena Aldebaran bukan peredup masanya sendiri. Dia ada untuk setiap jengkal atmosfir rapuh bumi ini.Senoajihttp://www.blogger.com/profile/02177334293088725772noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-6947046210463307764.post-79001018171105332622011-02-18T07:00:00.000+07:002011-02-18T07:00:59.054+07:00The Black Box RevelationThe Black Box Revelation garage band yang berasal dari Belgia ini memulai debut karier bermusiknya di tahun 2005 dan mendapat banyak pujian ketika mereka merilis album Set Your Head On Fire dan salah satu singlenya adalah Never Alone / Always Together. <br />
<br />
Band yang digawangi duo personil yaitu Jan Paternoster Vokal dan guitar dan drummer Dries Van Dijck ini mampu mengharmonisasikan 2 instrument alat musik saja menjadi musik yah lumayan lah kalo didengerin sehabis sarapan pagi atau kala gowes di tepian sawah. So buat yang suka dengan musik garage please listen to this one. enjoy!<br />
<br />
<a name='more'></a><br />
<iframe allowfullscreen="" frameborder="0" height="300" src="http://www.youtube.com/embed/wPeEvqXjgyw" title="YouTube video player" width="400"></iframe><br />
<br />
Is it hard or is it cool, my friend<br />
To be two people in your head, all day?<br />
I wish that you could be one personality<br />
So you could talk and think the same<br />
And this all would pass by<br />
<br />
Never alone, always together<br />
Maybe you’re blessed, maybe you’re cursed<br />
Never alone, always together<br />
Sometimes I think it could be worse<br />
<br />
Is this truth or is the other telling lies<br />
You change your voice and then to my surprise<br />
You’re waging war behind your victim eyes<br />
One of you laughing while I hear the other cry<br />
<br />
Never alone, always together<br />
Maybe you’re blessed, maybe you’re cursed<br />
Never alone, always together<br />
Sometimes I think it could be worse<br />
<br />
Never alone, always together<br />
Maybe you’re blessed, maybe you’re cursed<br />
Never alone, always together<br />
Sometimes I think it could be worse<br />
<div style="background-color: transparent; border: medium none; color: black; overflow: hidden; text-align: left; text-decoration: none;"><br />
</div>Senoajihttp://www.blogger.com/profile/02177334293088725772noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-6947046210463307764.post-10500833387906282672011-02-16T17:59:00.001+07:002011-02-16T18:08:40.599+07:00B . I . R . A . T .Lelaki itu terbangun diseparuh malam nyaris bulan purnama. Bukan mimpi yang menggerakkan tubuh dan matanya untuk terkesiap. Melainkan ada yang seharusnya lelaki itu lakukan selain membunuh waktu.<br />
<br />
Dihampirinya sepatu warna coklat yang tergelak didekat meja makan. Dipungutnya satu persatu. Ditiup dan debu pun bertebaran dari sepatu itu. Berdebu sekali pikir lelaki itu. Diusap dengan jarinya debu yang masih tersisa menempel di sepatu itu. Ditiup sekali lagi. Dan lagi. Bersih sudah.<br />
<br />
Diletakkan sepasang sepatu itu didekat pintu. Kemudian lelaki itu beranjak dari tempatnya, setelah menatap lama sepasang sepatu yang sudah dia bersihkan. <br />
<br />
"Kamu siap untuk menjadi alas kakinya lagi, dan pergi.."<br />
<br />
<a name='more'></a><br />
Roti hambar dengan selai coklat. Air minum. Dan apel sebuah. Dimasukkan ke dalam kotak makan dan diletakkan diatas meja. Handuk bersih juga sudah disiapkan. Air hangat sebaskom untuk cuci muka. Dan sepasang baju bersih. Semua siap.<br />
<br />
Kamu masih terlelap. Sayang sekali jika dibangunkan sepagi ini, pikir lelaki itu. Terlalu sayang melihatmu terlelap mendekap bulu halus boneka kesayanganmu. <br />
<br />
Selimutmu terjuntai ke lantai. Tubuhmu meringkuk, udara pagi ini memang dingin. Lelaki itu melangkah dan menyelimutkan kembali ke tubuhmu. Kamu menggeliat. Sebelum wajah berdesakan dengan bantal, sempat senyum wajahmu mencuri pandang. Lelaki itu pun membalas tersenyum. <br />
<br />
"Puaskan tidurmu, esok masih jauh jarak yang harus kamu titih. Manjakan tubuh dan pikiranmu. Semua yang kamu butuhkan sudah aku siapkan..."<br />
<br />
Lelaki itu melangkah pergi, decit lantai sempat memancing geliat tubuhmu. <br />
<br />
Sinar emas itu menyusup masuk tanpa permisi. Berjejalan dari sela jendela kamar dan genting tua yang berlobang karena masa. Jatuh mencari-cari tempat dilantai rumah. Lalu bergeser mencari mangsa wajah-wajah kesiangan.<br />
<br />
Lelaki itu terbangun diseparuh pagi nyaris mentari purnama. Bukan mimpi yang menggerakkan tubuh dan matanya untuk terkesiap. Melainkan ada yang seharusnya lelaki itu lakukan selain membunuh waktu.<br />
<br />
Sepatu coklat itu tak lagi bersanding didekat pintu. Kotak makan tak lagi ada diatas meja. Handuk bersih terjuntai ke lantai, baju bersih pun tak lagi ditempat semula dan baskom berisi air hangat, airnya masih menggema pelan tanda habis terpakai. <br />
<br />
Lelaki itu menoleh ke arah pintu. Menganga karena gerak angin yang mendorongnya, menutup kemudian terbuka sedikit.<br />
<br />
Pulanglah jika lelah, pergilah jika gundah.<br />
Selamat jalan...Senoajihttp://www.blogger.com/profile/02177334293088725772noreply@blogger.com3tag:blogger.com,1999:blog-6947046210463307764.post-82353626607998701052011-02-09T14:51:00.002+07:002011-02-09T15:09:34.653+07:00Selamat malam pagi hari<blockquote><i>Aku belum sempat berujar "terimakasih Ibu, membiarkan aku hidup". </i></blockquote><br />
Didalam ruangan itu kamu hanya mampu terpekur diam. Entah apa yang menghujami hatimu, otakmu dan jiwamu. Semuanya datang dan enggan hengkang. Berjejal memaksa untuk melelahkan logika. Udara yang masuk ke rongga-rongga itu menyesakkan. Tarik nafas dalammu tak juga melenyapkan aral. Inilah sebuah Ruang, Waktu dan Alur yang kamu tetapkan sebagai titik tolak melambai masa depan.<br />
<br />
<a name='more'></a><br />
Ruang<br />
Aku hanya bisa terdiam ketika beberapa mata itu menelanjangi umurku. Memang aku masih muda. Jalanku pernah aku ukur, dan tidak berubah masih panjang. Masih ada ujung dimana aku akan berteriak ke belakang dan mengumpat kalo aku takkan pernah kalah. <br />
<br />
Namun inilah aku disini. Disebuah pelataran realitas yang mau tidak mau harus aku lakoni perannya. Dan mereka, yah mereka boleh berujar apapun berbicara apapun dan mungkin kalo bisa mengumpat apapun. <br />
<br />
Tapi perlu ku ingatkan ke dua kaki ini masih kokoh meminggul beban ini. Ke dua tangan ini masih kuat mengepal dan mampu membuat pingsan semua persoalan. Hati dan keyakinanku masih terpatri hebat hanya untuk menatap kembali mata kalian yang dijejali berjuta pertanyaan. Dan Perut ini biarkan dia hidup. Karena aku memang ingini ini.<br />
<br />
Aku bukan korban. Aku seorang pemenang. Aku bisa melangkah tanpa harus ada belas kasihan. Sekalipun plakat kesalahan sekali-kali datang dan menampar, tapi aku tetap bertahan. Ingat aku masih mampu bertahan. Aku pahlawan dan aku pejuang. Ini revolusiku. Minggirlah ke tepi jika memang kamu iri. <br />
<br />
Waktu<br />
Silih berganti jalinan detik dan frame bergelayut melatari hari-hariku. Beberbagai pilihan datang dan pergi. Semua menghendaki keputusan. Semua bicara tentang kepentingan. Semua berkelakar tentang pengharapan.<br />
<br />
Namun bisa kan membiarkan aku tuli sejenak? Biarkan aku diam dan berpikir, kemana harus aku bobol kebodohan dan logika yang saling bertumbukan di otakku. Biarkan ini ku selesaikan dengan cara terhebatku.<br />
<br />
Di waktu kala itu. Mungkin aku hanyalah tubuh. Yah, hanyalah tubuh. Menjelma menjadi tubuh. Jiwaku ku biarkan bersenggama dengan keadaan. Dan cinta apalah artinya jika aku sudah menjadi seonggok tubuh? <br />
<br />
Dan tak jauh dari sepersekian cahaya langit. Akhirnya aku berada ditepian. Sendiri tanpa gandeng tangan. Memilih melihatmu tunggang langgang tergopoh-gopoh menyandang cacat kemanusiaan. <br />
<br />
Yah, jemari-jemari ini mencoba meranggai ujung tebing. Sekuat tenaga menarik tubuhku yang terpelanting keras diubin-ubin jelaga. Jemariku ku percayakan tekadku kepadamu. Entah esok pagi itu indah atau kelam, aku masih percaya embun itu masih cerah oleh rinai udara pagi. Aku percaya aku bisa.. walaupun sendiri.. <br />
<br />
Alur<br />
Biarkan ini menjadi pertanyaanku esok hari...<br />
selamat malam pagi hari...Senoajihttp://www.blogger.com/profile/02177334293088725772noreply@blogger.com5tag:blogger.com,1999:blog-6947046210463307764.post-74724118590631720992011-02-01T15:41:00.000+07:002011-02-01T15:41:43.003+07:00Jatuh CintaCinta, cinta, jatuh dan cinta. Kenapa selalu itu yang mampu meledakkan hati berkeping-keping dan menggerogoti logika disusul meluluhlantakkan jaringan sel-sel nyawa dikandung badan. Apakah sedahsyat itu cinta? Atau kah saya saja yang terlalu berlebihan mendeskripsikan cinta.<br />
<br />
Padahal kata orang yang lupa kebijakkannya. Cinta itu adalah variasi. Variasi bagaimana menyehatkan hati (selaku organ tubuh) dan adrenalin yang belum ditambang keberadaanya. Ini persoalan bagaimana membentuk gelembung-gelembung hormon supaya mengudara dan saling bertumbukkan di ruang logika. Lalu jatuh berdegum dan mendesak jantung berdebar keras.<br />
<br />
<a name='more'></a><br />
Lalu kenapa jatuh cinta itu harus ada dan berbarengan dengan sakit hati? Apakah mereka sodara kembar? Kalopun ada pilihan ditengah2nya pasti akan banyak penggemarnya memilih untuk tidak sakit hati atau jatuh cinta, cukup diam ditempat dan mati.<br />
<br />
Tapi tidak, selalu ada moncong senapan yang memaksa kita untuk memilih salah satunya. Entah jatuh cinta sampai mati atau sakit hati diujung belati. Yah namanya hidup semuanya persoalan pilihan. Kalo tidak mau memilih, maka cukup diam saja dan tenggak racun serangga. Selamat mencoba!Senoajihttp://www.blogger.com/profile/02177334293088725772noreply@blogger.com6tag:blogger.com,1999:blog-6947046210463307764.post-34899034333913442002011-01-26T15:08:00.000+07:002011-01-26T15:08:13.691+07:00GenjotismeApa yang bisa aku lakukan? Tentu saja banyak yang bisa aku lakukan. Namun entah mengapa selalu ada pemberhentian logika yang memaksaku <i>ngetem</i> dan berlama-lama tanpa kejelasan sikap.<br />
<br />
<i>Yap!</i> Ternyata tanggungjawab itu mau tidak mau terlimpahkan kepadaku. Tanggungjawab yang belum pernah aku jalani sebelumnya. Aku harus belajar lagi. Dengan hal-hal baru yang sama sekali tidak terlintas dalam benakku. Apa iya ini yang disebut sebuah proses? Mungkin.<br />
<br />
<a name='more'></a><br />
Ku kira hidup itu mudah semudah memencet tombol tweet. Atau enter senter-enternya merespon tread. Tapi tidak, jika ada palang yang menghadang atau pohon tumbang, ternyata aku tidak bisa begitu saja nekat melompatinya. Atau mengupah seseorang untuk menyingkirkannya dari hadapanku. Semua harus aku lakukan sendiri. Memindahkannya atau memotong-motongnya menjadi bagian-bagian yang mudah untuk aku singkirkan atau tepikan.<br />
<br />
Baiklah jika kali ini perjuanganku belum masuk ke taraf veteran. Aku pun rela menggenjotnya sampai ke level itu. Semoga bisa...Senoajihttp://www.blogger.com/profile/02177334293088725772noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-6947046210463307764.post-28366349424342589812011-01-08T21:34:00.000+07:002011-01-08T21:34:17.411+07:00KomaNada yang aku poles, bukan ku culik dari nuansa dan birahi alam. Memang dulu pernah aku sekap seonggok lantunan bintang. Tapi bukan yang ini, asli ini masih ku petik sendiri dari atmosfir chandra. <br />
<br />
ku racik, ku satukan dari serpihan-serpihan puisi pujangga keder! Dan ku campur dan ke larutkan dalam garis-garis nada paling menawan. Hanya untuk selimuti malam-malammu yang berjubel dengan pertanyaan.<br />
<br />
Memang sedari aku hidup dan dibacok ditempurung otakku oleh kegoblokkan. Tidak ada lagi cairan otak yang tersisa untuk melamunkan wajahmu, semuanya berhamburan. Berderai dengan serpihan bulir2 hujan. <br />
<br />
<a name='more'></a><br />
Lalu ku gagahi pelangi dan ku perkosa sendawa mentari. Biar ku ikhlaskan aku bejat dibawah naungan langit. Dan ku amini aku laknat diketiak penguasa bumi. Yang ku tau dan ku ingin selalu tau. Apakah ada sosok, seonggok, separuh, dan seutuhnya muka kuyu! <br />
<br />
Kamu semu bukan berarti tak sanggup bicara!<br />
kamu lihai berkelit dibalik sembilu bayangan, bukan tak miliki kerling mata paling jalang!<br />
<br />
kamu setubuhi imajiku, bukan berarti aku moksa tanpa tergoda oleh senyummu.<br />
kamu setangkai mawar tanpa mahkota, bukan berarti tak gunjingkan hatiku yang merapuh terlalu lama mencair disela-sela keparatnya waktu!!!<br />
<br />
Dan kenapa aku begitu jatuh cinta.. karena perempuan itu utuh dan layak di puja.. Walopun menjadi analogi serpihan dari rongga mata lainnya.Senoajihttp://www.blogger.com/profile/02177334293088725772noreply@blogger.com5tag:blogger.com,1999:blog-6947046210463307764.post-83768411279846188002010-12-31T23:53:00.000+07:002010-12-31T23:53:22.298+07:004Malam ini dan malam-malam selanjutnya setelah mulut lelah niup trompet, adalah dihambur-hamburkannya berjuta-juta ekspetasi. Tentu saja larinya gak jauh-jauh banget dari kebaikkan dan sebagainya dan sebagainya! Tapi itu sah-sah saja. <br />
<br />
Setiap warga Indonesia baik dari populasi WNI yang baik sampai ke habitat pertumbuhan WNI mbajing, boleh dan berhak untuk sebuah pengharapan. Tentu saja masih masuk jalur macet positifa.<br />
<br />
<a name='more'></a><br />
Lalu bagaimana dengan saya? Saya? Entah tahun itu mau bergerak kemana dan entah mau menjadi simbolisasi mahesi yang bagaimana. Buat saya yang paling penting adalah bregas waras. Tidak mati muda atau tidak mati terlalu tua. Bisa mencapai puncak tertinggi ulir tangga cita-cita. <br />
<br />
Dan tentu saja diatas itu semua, orang-orang yang saya sayangi dan ikhlas mencecerkan sayangnya pada saya selalu dilimpahkan semua kebaikkan-kebaikkan bumi dan langit.<br />
<br />
Dan di tahun 2011 ini. Jangan terlalu serius merenungi angkuhnya 2010. Buang-buang waktu, dan menjemukan. Masa lalu bisa saja dikutip untuk referensi, tapi menurut saya jangan terlalu ejakulasi dini dengan masa lalu. Selain gak seru 2011 kayaknya lebih bohai untuk di gauli misteri-misterinya. <br />
<br />
Dan mari kita perkosa 2011 dengan apapun yang mampu kita bawa perang. Dengan siapapun yang bijak menyikapi masa depan. Dengan mantra apapun untuk bisa lebih memuluskan maksud dan tujuan. <i>Asal jangan merepotkan Tuhan aja</i>. Berdiri di kaki sendiri walopun kadang menghadapi devisit percaya diri.<br />
<br />
Maju terus, jangan terlalu banyak mundur..<br />
<br />
Selamat menempuh hidup baru di dua kosong satu satu. <b>Ayo tantang nasib satu lawan satu.</b>Senoajihttp://www.blogger.com/profile/02177334293088725772noreply@blogger.com4