06 August 2010

Lidah Biru

Terpaksa dijual. Terpaksa karena bukan terpaksa. Terpaksa karena memang kecanduan. Yang pasti tubuh itu ada dijalanan, di depan ruko, dibalik pohon atau menyudut disela besi besar penyangga baliho.

Kalo mujur ada didalam ruang tamu duduk manis. Memoles tebal gincu dan menaburi pipi dan jidat dengan bedak kelas kiloan.

Jangan kaget kalo harum tubuh mereka mudah sekali di endus dari jarak 3 meter. Bau yang terkolaborasi dengan keringat malam dan minyak wangi kelas asal wangi-wangian.

Ini bukan masalah pamer estetika semlohainya tubuh tabung wangi cem-ceman. Tapi perkara bisnis jasa. Memoles, mengemas dan memasarkannya. Didasarkan pada masalah lalu lalang resah kelamin-kelamin kesepian. Pelayanan dan kenyamanan adalah trigonometri pasti untuk menuju klimaks sebuah kepuasan.

Konsumen adalah raja dan raja berhak mendapatkan yang setimpal. Asal kesepakatan sudah terjadi.

Namun bisa jadi tubuh-tubuh itu cepat berpindah tempat. Mulai dari hotel kelas melati sampai ruang sumpek, dipenuhi asap rokok, komplit dengan interograsi manual. Sialnya lagi kalo lari dan dijerat pasal mengasusilakan hari-hari suci. Apes.

Bisa jadi Lebaran adalah malapetaka. Mudik pulang tanpa buah tangan.

Ini adalah persoalan perut kawan-kawan. Lacur tidak lacur semua sudah ada yang mengatur. Seharusnya para maniak suci itu sadar. Mereka bisa tau itu suci karena ada yang di klaim sebagai tidak suci, bejat, asusila, bedebah dan lain sebagainya.

Seharusnya ini menjadi sinergi. Saling melengkapi. Saling membenahi dengan cara yang lebih manusiawi. Manusiawi? Semenjak kapan manusiawi itu diberlakukan. Kalo sebenar-benarnya manusia hanya sebatas peliharaan Tuhan!

11 comments:

Antaresa Mayuda said...

sebenarnya mereka itu kerja untuk memenuhi kebutuhan hidupnya kan? hanya saja caranya yang salah

riFFrizz said...

waw, lebaran ternyata bisa jadi petaka ya

Xitalho said...

Bar mangan blawu cuci yo mesthi biru ilate.... (lmao)

Andy MSE said...

apikan bluetooth = untu biru

Sashy said...

Gitu yah?

Brencia said...

Germone wegah rugii ki mesti...
Papi @plendhus...(lmao)

suryaden said...

lagi pengin to?

omagus said...

mesakno..!

rudis said...

itulah kehidupan kadang ada yang baik dan kadang ada yang buruk jadi inilah timbangan dunia

aRai said...

manusiawi diberlakukan didunia khayal

plenug said...

saya sarankan untuk segera melampiaskannya dengan umplukan sabun...hihihi

Post a Comment

Jan-jan e ngene lho..

KHILAF ITU INDAH

Jangan pernah takut untuk menulis. Jangan pernah merasa tidak bebas menulis. Jangan pernah merasa tulisanmu itu tidak lebih baik dari tulisan siapapun. Jangan pernah dipenjara oleh ketidakmampuan. Jangan pernah merasa tulisanmu tidak layak. Dan jangan pernah berhenti untuk menulis lebih baik menurut ukuranmu.

Apapun aksara dan kata yang kamu toreh. Kamu telah menulis kalimat indah dalam hidupmu. Kelak menjadi cerita, dongeng atau mitos tentang keberadaanmu, karena kamu menulis.

PREKMATANE!

Tentang

My photo
Aku adalah seekor manusia. Dan Selalu ada saat yang tepat untuk menjadi Raja di Kerajaan sendiri. Senoaji

Lagi Pipis

Lagi Pipis
ANTRI DONG!!