27 August 2008

Skill VS Gelar

Labels:

Tahun 2004, Lulus. Gelar sarjana Ilmu Politil. Buset gak nyangka banget punya gelar kayak itu. Aku dinyatakan lulus dari Jur Administrasi Negara. Setelah mengidap penyakit stress plus kompiklasi sama stroke pergaulan ditambah jeratan disritmitia (alur detak jantung.red) dosen yang gak karuan. Alias bikin jantung empot2an, karena banyak revisi. Namun dengan semangat 1825-1830. Akhirnya skripsi kelar juga walopun dengan label ancur abis, dibantai dosen penguji, tapi skripsi kelar. Dan lulus terus wisuda terus nraktir teman, sukuran kecil2an terus.. terus ngapain? Wuihh!! teman pernah bilang "enak dah lulus, gak punya beban lagi". Buset kalo kataku lulus adalah musibah. Alasannya: satu kita gak bisa ngajuin dana pendidikan ke ortu lagi termasuk dana pacaran sama foya2, dua pisah sama temen2 yang udah ngebantu ngebentuk karakter kita. Tentu saja alasan kita betah dikampus karena side effect pergaulan, sosialization movement dan regenerate public placemen a.k.a. nongkrong. Itu semua menghasilkan atau punya keluaran berupa mahkluk yang disebut temen. tentu saja pilihan temen yang baik buat kita adalah pilihan. Nah tiga bagi yang demen ngeceng kaum hawa, tentu saja bakalan gak bisa intens lagi, kecuali emang gak tau diri udah lulus, masih aja nongkrong dikampus. Apalagi nongkrongnya berhubungan dengan program2 afeksi. Hiiiii horror. empat ini kayaknya yang paling vital seperti anak harimau ketika menginjak umur tiga bulan mereka harus bisa belajar berburu mangsanya sendiri untuk dinner. Karena sudah gak kuliah lagi, gak ada alasan buat ku untuk berasyik masyuk dirumah, bermalas2an dan kayak buah semangka. Ngeglinding kesana dan kemari. Tanpa doing nothing. Yang jika keterusan bakalan nimbulin apa yang disebut bad habit. Lima ini yang menyangkut pengabdian dan balas budi. Ortu, yup benar ortu susah payah ngutang sana ngutang sini demi anak untuk dapat kuliah dan lulus (minimal) terus dapat kerja. Nah dapat kerja itu perlu digaris bawahi tebel banget. Kerja itu lah malapetaka yang dikutukan oleh hidup kepada kita yang masih punya keinginan untuk hidup. Jadi wajarlah begitu banyaknya orang dibikin keki sama orang yang cuman tinggal bernafas doang, tanpa berkeringat ehhh duit sejagad. Dan kembali ke topik kerja dan kaitannya dengan balas budi ke ortu. Wuihhh berat banget bukan. Udah dulu semasa kuliah ortu dihajar dengan dana pendidikan yang harus disediakan untuk mencukupi kebutuhan kita untuk bergelar sarjana. Dan aku rasa gak sedikit deh. Cukup buat beli rumah POKMAS tipe 27, apalagi dijaman hilirmudik kayak gini. Fiuhh gak kebayang seberapa banyak rasa malu yang ditangguhkan ke ortu. Terus setelah lulus dihajar lagi dengan menanggung beban melihat anak yang belum juga dapat kerjaan. Sedosa itukah kita. Atau nasib memang belum mau bersahabat. To kitanya aja yang meleng dari rencana2 takdir. Nasib bisa diubah itu kata rumput yang bergoyang. Nah masih banyak alasan lain yang berhubungan dengan hak ekosob kita sebagai mahkluk ciptaan kampus. Dan apa yang aku perbuat setelah lulus? Ya iyalah cari kerja. Kerjaan seperti apa? Ya iyalah kerjaan yang bonafit. Bonafit? Yaiyalah seperti pegawai BRI Mandiri to Bank Negeri. Perusahaan Multi Nasional. Pokoknya yang bisa memberi kita plakat, Tuh tu anak keren abis kerja di sono di sini gajinya ngaudubilah gedenya. Pokoknya yang bikin keki lah. Tapi tunggu dulu. Mimpi bisa semuanya indah. Tapi buatku Dreams Is Dead, Reality Rising. Buat ku simple apa yang aku bisa aku jadikan uang dan sekarang aku salut sama youth people saat ini. Mau perang sebrutal mungkin. Gelar? Ntar dulu kalo belum bisa kasih makan. Ketrampilan maju dulu di urutan pertama. Yup skill teknis skilll creative skill bisnis kadang itu yang bisa kasih kita makan. Dan gelar ntar aja kalo buat ngelamar PNS to pilihan2 lain yang menurut kita keren. So pinter harus menurutku. Tapi skill lain, kudu musti harus dan wajib. Biar bisa jadi cadangan ketika gelar belum bisa kasih makan. Salam

0 comments:

Post a Comment

Jan-jan e ngene lho..

KHILAF ITU INDAH

Jangan pernah takut untuk menulis. Jangan pernah merasa tidak bebas menulis. Jangan pernah merasa tulisanmu itu tidak lebih baik dari tulisan siapapun. Jangan pernah dipenjara oleh ketidakmampuan. Jangan pernah merasa tulisanmu tidak layak. Dan jangan pernah berhenti untuk menulis lebih baik menurut ukuranmu.

Apapun aksara dan kata yang kamu toreh. Kamu telah menulis kalimat indah dalam hidupmu. Kelak menjadi cerita, dongeng atau mitos tentang keberadaanmu, karena kamu menulis.

PREKMATANE!

Tentang

My photo
Aku adalah seekor manusia. Dan Selalu ada saat yang tepat untuk menjadi Raja di Kerajaan sendiri. Senoaji

Lagi Pipis

Lagi Pipis
ANTRI DONG!!