26 September 2008

Lepas 2004

Labels:

Lepas 2004. Teman2 pergi. Banyak alasan yang dikatungi di tekad mereka. cari duit,cari status sosial, menjadi kaya, melanjutkan hidup. Dan aku pun setuju. Melepas teman2 menantang dunia. Kataku, kalahkan mereka. Pulanglah dengan dadamu membusung. Tampar, galau yang meresahkan dan membuatmu mundur ke langkah awal. Itu bukan kekalahan, itu hanya awal mula kemenangan. Waktu berjalan seenak hati. Menentukan nasib orang2 yang mengiblatkannya. Merusak rangkaian cerita yang jarang terpelihara. Dan waktu menghantam peruk-peruk. Melindas lampau, meratakannya, remuk redam. Hampir jatuh waktu untuk bertandang ke teras kenangan, teman. Apakah kalian sudi pulang? Apakah kalian tetap ingin bergaduh dengan canda, dan berdamai dengan rutinitas?

Lepas 2004 dan berjalan ke jaman keajaiban. Tentu saja banyak waktu untuk kalian melenggang di selasar romantika kesibukkan. Tapi adakah sebagian dari mulut kalian tersisa secuil kata untuk sekedar bertutur tentang kisah2 yang membesarkan kita. Mungkin kata mereka. Kita, aku dan kamu teman2, dengan bcaot serendah itu. Kata2 yang meluncur tak berkaidah itu. Dan umpatan saling mengumpat jujur untuk satu tawa bersama itu bukanlah penggemukkan moral, mental dan rasa juang. Tapi tak perlu kacau, kita hanya lah kita, makhluk yang berusaha sesederhana mungkin menyederhakan perjalanan hidup. Katamu teman. Hidup itu sebentar, buat apa dipermak rumit? dan kata setuju menyambutnya. setuju. Kita bukan kucing yang mitosnya bernyawa 9. Kita hanya lah kita yang berikhtiar sedahsyat mungkin. Mimpi? Adakah mimpi2 itu teman? Mimpi bukanlah tujuan. Kesempatannya lah yang lebih nyata. Mimpi hanyalah sebagai rambu penunjuk ketika kita dijauhkan dari semangat. Ketika hakekat kita sebagai makhluk yang hidup dengan tanggungjawab harus menjawab pertanyaan2 pelangkahan hidup. Dan mungkin selepas 2004 lalu, dan setelah tulang2 kita terpisah, adakah kemungkinan untuk kita meratap, kerinduan. Kerinduan bersanding dan mendongeng kelucuan masalalu. Cerita sederhana tentang tapak2 cinta. Atau seraya sebatang rokok untuk bersama. Secangkir kopi untuk direbutkan, disele gelak gelegar tawa kita. Adakah kerinduan itu teman@. Pulanglah lupakan sejenak tentang pertaruanganmu melawan nasib. Duduklah disini, bersama, saling memberi, saling memiliki. Teruntuk teman2, sekali2 taruh sayapmu.

3 comments:

Anonymous said...

GREAT! ....
nice read

becco

Anonymous said...

duduklah disini
seperti ketika kita dan senja mengelilingi sebuah meja
menggilir sepoci teh yang belum juga dingin
dan menertawakan masa depan

Senoaji said...

dan sepoci teh itu kian tandas, selepas pura-pura jaman sekarat diperaduannya. Lalu ujarmu, tak jadi soal masih sekantung lontar cerita tentang lucunya masa depan. Ku relakan mulutku bercumbu dengan sepoci teh lagi

Post a Comment

Jan-jan e ngene lho..

KHILAF ITU INDAH

Jangan pernah takut untuk menulis. Jangan pernah merasa tidak bebas menulis. Jangan pernah merasa tulisanmu itu tidak lebih baik dari tulisan siapapun. Jangan pernah dipenjara oleh ketidakmampuan. Jangan pernah merasa tulisanmu tidak layak. Dan jangan pernah berhenti untuk menulis lebih baik menurut ukuranmu.

Apapun aksara dan kata yang kamu toreh. Kamu telah menulis kalimat indah dalam hidupmu. Kelak menjadi cerita, dongeng atau mitos tentang keberadaanmu, karena kamu menulis.

PREKMATANE!

Tentang

My photo
Aku adalah seekor manusia. Dan Selalu ada saat yang tepat untuk menjadi Raja di Kerajaan sendiri. Senoaji

Lagi Pipis

Lagi Pipis
ANTRI DONG!!