26 September 2009

Cipeundeuy

Stasiun kecil itu tidak banyak berubah. Masih sama, dengan kehidupan pagi yang sama. Ketika orang sibuk bicara tentang pendidikan. Cipeundeuy memberikan ekstrakurikuler yang beda dari yang lainnya kepada para pasukan generasi mendatang. Mereka berseragam sama, putih atas, merah sebagai celana. Namun mereka menikmati jam ke nol dengan duduk dipelepis besi rel kereta. Menunggu uang saku yang datang dari pintu dan jendela gerobang kereta.

Umur mereka tak jauh beda dengan anak-anak lain yang sedang sibuk merakit mainan kelas gedongan. Dan tentu saja orang tua mereka sama. Sama punya cita-cita dengan orang tua kebanyakkan yang mendambakan anak mereka bisa menjadi penguasa nasib. Dan menggiring nasib yang lebih baik dari apa yang sedang mereka jalani.

Ya, anak-anak kecil itu berlarian diantara gerbong kereta entah eksekuti entah merk dagang yang lain. Mencari sela jendela, mencari sela belas kasihan para penderma. Kadang kala sedikit kegaduhan mereka buat untuk menyadarkan para penumpang yang terlelap. Untuk segera sadar dan merogoh kantong mereka mencari receh dan diberikan kepada anak-anak itu, sebelum kereta beranjak pergi.

Ya Cipeundeuy dan sepasukkan generasi mendatang. Bukan kenangan untuk ditulis dan dihadiahi belas kasihan dan keprihatinan. Namun ini sebagai corak tebal warna nasib bangsa yang kelak akan ada keyakinan untuk bisa dirubah. Entah bagaimana caranya dan caranya bagaimana. Dan entah oleh siapa, karena Tuhan dan staf-stafnya membagikan tugas itu kepada siapapun. Walo sekedar menulis dan mengelus dada. HIDUPLAH INDONESIA RAYA!!!

8 comments:

Dawam Multazam said...

Cipeundeuy iku nang endi toh kang? aku kok durung pernah mrono iki piye jal?

riFFrizz said...

kalu anak anak berlari disitu apa tidak berbahaya ya

marsudiyanto said...

Aku malah durung tau krungu setatsiun kuwi, opo maneh mbandingke keadaane...

Nek meh mrono numpak sepur bisa ora yo???

umi rina said...

Stasiun kecil dengan corak tebal warna nasib bangsa...
Andai ada yang bisa dilakukan selain menulis dan mengelus dada...
Akankah ada kesempatan untuk teriak HIDUPLAH INDONESIA RAYA!!!

ariosaja said...

daerah mana tuh ??

xitalho said...

ndi...? Sebelah ndi kuwi setapsiune..??

haris said...

kalo naek kereta ke jakarta, saya sering berjumpa anak2 kecil meminta2. apa mereka juga bernasib kayak gitu mas seno?

PRof said...

Nasib anak bangsa yang gak tau mesti dgiring ke mana, oleh siapa......

* Kupat 'e isek ora kang..????

Post a Comment

Jan-jan e ngene lho..

KHILAF ITU INDAH

Jangan pernah takut untuk menulis. Jangan pernah merasa tidak bebas menulis. Jangan pernah merasa tulisanmu itu tidak lebih baik dari tulisan siapapun. Jangan pernah dipenjara oleh ketidakmampuan. Jangan pernah merasa tulisanmu tidak layak. Dan jangan pernah berhenti untuk menulis lebih baik menurut ukuranmu.

Apapun aksara dan kata yang kamu toreh. Kamu telah menulis kalimat indah dalam hidupmu. Kelak menjadi cerita, dongeng atau mitos tentang keberadaanmu, karena kamu menulis.

PREKMATANE!

Tentang

My photo
Aku adalah seekor manusia. Dan Selalu ada saat yang tepat untuk menjadi Raja di Kerajaan sendiri. Senoaji

Lagi Pipis

Lagi Pipis
ANTRI DONG!!