16 February 2011

B . I . R . A . T .

Lelaki itu terbangun diseparuh malam nyaris bulan purnama. Bukan mimpi yang menggerakkan tubuh dan matanya untuk terkesiap. Melainkan ada yang seharusnya lelaki itu lakukan selain membunuh waktu.

Dihampirinya sepatu warna coklat yang tergelak didekat meja makan. Dipungutnya satu persatu. Ditiup dan debu pun bertebaran dari sepatu itu. Berdebu sekali pikir lelaki itu. Diusap dengan jarinya debu yang masih tersisa menempel di sepatu itu. Ditiup sekali lagi. Dan lagi. Bersih sudah.

Diletakkan sepasang sepatu itu didekat pintu. Kemudian lelaki itu beranjak dari tempatnya, setelah menatap lama sepasang sepatu yang sudah dia bersihkan.

"Kamu siap untuk menjadi alas kakinya lagi, dan pergi.."


Roti hambar dengan selai coklat. Air minum. Dan apel sebuah. Dimasukkan ke dalam kotak makan dan diletakkan diatas meja. Handuk bersih juga sudah disiapkan. Air hangat sebaskom untuk cuci muka. Dan sepasang baju bersih. Semua siap.

Kamu masih terlelap. Sayang sekali jika dibangunkan sepagi ini, pikir lelaki itu. Terlalu sayang melihatmu terlelap mendekap bulu halus boneka kesayanganmu.

Selimutmu terjuntai ke lantai. Tubuhmu meringkuk, udara pagi ini memang dingin. Lelaki itu melangkah dan menyelimutkan kembali ke tubuhmu. Kamu menggeliat. Sebelum wajah berdesakan dengan bantal, sempat senyum wajahmu mencuri pandang. Lelaki itu pun membalas tersenyum.

"Puaskan tidurmu, esok masih jauh jarak yang harus kamu titih. Manjakan tubuh dan pikiranmu. Semua yang kamu butuhkan sudah aku siapkan..."

Lelaki itu melangkah pergi, decit lantai sempat memancing geliat tubuhmu.

Sinar emas itu menyusup masuk tanpa permisi. Berjejalan dari sela jendela kamar dan genting tua yang berlobang karena masa. Jatuh mencari-cari tempat dilantai rumah. Lalu bergeser mencari mangsa wajah-wajah kesiangan.

Lelaki itu terbangun diseparuh pagi nyaris mentari purnama. Bukan mimpi yang menggerakkan tubuh dan matanya untuk terkesiap. Melainkan ada yang seharusnya lelaki itu lakukan selain membunuh waktu.

Sepatu coklat itu tak lagi bersanding didekat pintu. Kotak makan tak lagi ada diatas meja. Handuk bersih terjuntai ke lantai, baju bersih pun tak lagi ditempat semula dan baskom berisi air hangat, airnya masih menggema pelan tanda habis terpakai.

Lelaki itu menoleh ke arah pintu. Menganga karena gerak angin yang mendorongnya, menutup kemudian terbuka sedikit.

Pulanglah jika lelah, pergilah jika gundah.
Selamat jalan...

3 comments:

Pipit Pito said...

petanya?
takut kesasar

Bre said...

Kui banyune awet me angete.. (Doh)

bisnis investasi online said...

Artikel yang bagus.. Senang bisa mengunjungi website anda. Mampir juga di web bisnis kami pulsa murah pulsa elektrik

Post a Comment

Jan-jan e ngene lho..

KHILAF ITU INDAH

Jangan pernah takut untuk menulis. Jangan pernah merasa tidak bebas menulis. Jangan pernah merasa tulisanmu itu tidak lebih baik dari tulisan siapapun. Jangan pernah dipenjara oleh ketidakmampuan. Jangan pernah merasa tulisanmu tidak layak. Dan jangan pernah berhenti untuk menulis lebih baik menurut ukuranmu.

Apapun aksara dan kata yang kamu toreh. Kamu telah menulis kalimat indah dalam hidupmu. Kelak menjadi cerita, dongeng atau mitos tentang keberadaanmu, karena kamu menulis.

PREKMATANE!

Tentang

My photo
Aku adalah seekor manusia. Dan Selalu ada saat yang tepat untuk menjadi Raja di Kerajaan sendiri. Senoaji

Lagi Pipis

Lagi Pipis
ANTRI DONG!!