Dear Perempuan Pelantun warna Hijau...
Sejam yang lalu di hari kemarin setelah hari itu. Lewat dari 2 jam kita remukkan semua yang belum pernah kita hancurkan. Saling lontar kata, yang masing2 ada dalam tempurung2 topik pembahasan yang lumrah. Dan sebenarnya sering kita bicarakan. Saat mulutmu terkatup, saat mulutmu menganga tergelak tawa, atau saat manjamu bergelayut diselatsar trotoar jalanan Jogja. Semuanya sama, kamu dan kita membicarakan tentang gaya hidup kemayaan atas nama cinta. Dan semalam itu, runtut rautmu berkisah tentang biadabnya cinta yang membantaimu hingga bersimpuh lumpuh. Ku bilang komitmen apa yang dipertaruhkan dalam judi ini? Lelakikah yang benar2 sehebat perasaanmu kepadanya? Atau cintakah yang tidak sedahsyat cintamu kepadanya?
Kamu dan kita adalah bentukkan dari beberapa luka dan cerita. Sebagian luka sempat robek kembali hingga belatung waktulah yang mengikisnya tuntas. tapi baru malam itu kita sadar betapa luka2 mu kamu rawat dengan baik. Kamu susui teratur, kamu tidurkan diraduan para pangeran kelaparan. Dan ditimangnya lukamu sampai2 pulas, memanja disela2 payudaramu. Hmmm... Baru kita sadari sebegitu hebat cinta itu memilin2 perhatianmu hingga kusut tak terurai lagi. Kamu bilang pilihan selalu ada, dan terjebak diketiak rasa bersalah atas pilihan yang disajikan, bercokol membatu tanpa paruh waktu. Pilihlah! Setidaknya untuk orang lain, bukan untuk hidupmu. Terlalu lama pilihan itu tak urrung terpilih. Berakar dan tumbuh menjadi ilalang masalah yang berkambium waktu tebal, tak tertumbangkan. Esok itu indah, sore pun juga indah, tapi kenapa siang selalu dianak tirikan. Siang dengan terik semacam itu, adalah keindahan untuk hati beku. Jemurlah! pujalah siang seakan itu adalah persoalan yang ada. jadikan siang sebagai teman. Bersahabatlah dengannya lalu ambil sebilah badik, hunus dan tancapkan tepat dirongga mulutnya. Mampus. Itu jika kamu berani. Selalu saja pembelaan atas nama cinta, dipertahankan seakan dia sebegitu maklumnya dengan apa yang kamu yakini tentang lelaki dan cinta serta tipu2 waktu. Jika memang tumbuhan cinta berbuah luka, kenapa tetap saja, lahap dirimu menyantapnya? Jika memang cinta yang kamu yakini membawa sensasi, unik, aneh dan menggairahkan birahimu itu selalu tulus kamu puja. Kenapa jugu kamu luluri wajahmu dengan airmata? Siapa yang sakit, pastilah keadaan yang divonis bersalah. jangan, lelaki dan cintamulah yang perlu musyawarah dan bicara. Negolah, tawarlah, semurah mungkin jika memang lelaki yang cintamu pilih tidak sependapat dengan cintamu yang percaya dan tulus kepada hatinya. Karena kamu bilang ada lelaki dan cintanya yang lebih tulus, lebih orisinil, lebih dari kekurangan yang kamu percaya lebih. Kenapa tidak juga adil kamu perlakukan dia sebagaimana kamu tidak sama diperlakukan oleh cinta yang kamu pilih? Mungkin, mungkin dan mungkin selalu ada jawaban jika kamu berani membunuh siang untuk melangkah ke-separuh malam, lalu bersanding dendang dengan esok yang katamu selalu telanjang lewat puja2mu. Semoga
Home » The Reads Room » Dear Perempuan Pelantun warna Hijau...
28 November 2008
Dear Perempuan Pelantun warna Hijau...
Labels:
The Reads Room
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Business
Cerita Bergendut
Efek Kaca Pada Rumah
FIKSI BATINIAH (Sebuah Cerpen)
Frank Sinatra Closet
jejak mungil
make money
Mendulang
Moonlight Serenade
Online Options
Opinionase
PIALA DIGILIR
Reswara Silmi Wicaksono MERDEKA BUNG
Reswaraku
Reviews
RUANG KOSONG
sementara stresss dulu
The Backdoor Room
The Cinema Room
The Download Room
The Radio Room
The Reads Room
The Rooms
wawawu
wawawuwiwowa
KHILAF ITU INDAH
Jangan pernah takut untuk menulis. Jangan pernah merasa tidak bebas menulis. Jangan pernah merasa tulisanmu itu tidak lebih baik dari tulisan siapapun. Jangan pernah dipenjara oleh ketidakmampuan. Jangan pernah merasa tulisanmu tidak layak. Dan jangan pernah berhenti untuk menulis lebih baik menurut ukuranmu.
Apapun aksara dan kata yang kamu toreh. Kamu telah menulis kalimat indah dalam hidupmu. Kelak menjadi cerita, dongeng atau mitos tentang keberadaanmu, karena kamu menulis.
PREKMATANE!
Apapun aksara dan kata yang kamu toreh. Kamu telah menulis kalimat indah dalam hidupmu. Kelak menjadi cerita, dongeng atau mitos tentang keberadaanmu, karena kamu menulis.
PREKMATANE!
Tentang
- Senoaji
- Aku adalah seekor manusia. Dan Selalu ada saat yang tepat untuk menjadi Raja di Kerajaan sendiri. Senoaji
7 comments:
atas nama cinta dan segala yang mesra-mesra,
tiada hari tanpa cinta,
tiada hari tanpa kemesraan,
maka janganlah kau rasa mendalam tentang cinta,
dan kemesraan, namun
rasakanlah dan nikmatilah, jangan kau
angankan dan resapkan, namun bolehlah
jika kau mampu tertawa, dalam sakit
dalamnya cinta dan kemesraan, sebab
hanya cinta dan kemesraanlah obat, dan
sebab dari sakit itu
Cinta hanyalah cinta, bukan yang lainnya...
gimana rasanya jatuh cinta ya?*gubrak!*he..he..
atas nama cinta..
hati ini tak mungkin terbagi..
wkwkwkwk..sayah tau nyah cuma ntu duank..puisi d atas jugag kagag mudenk..maklum..gag bakat romantis..*ato jangan2 ntu bukan puisi lagi*
>buat semuanya, thanks komennya, n buat suryaden wah yang ini no reply comment deh, mahaguru pokoknya...
>buat mbak kristina, long time not see... kalo jatuh cintanyya ngegubrak itu lagunya intan nuraini [bener gak pengejaan namanya?] kikikikikikik
>buat cinta adalah prosa, prosa tentang cinta dan prosa dibalik cinta itu sendiri, ceriaku diatas adalah cerita seorang teman yang tercandu cinta, yang aku pikir cintanya cenderung masokis
>buat duduuutitu emang bukan puisi, hehehhehehehe, lagian emang aku gak bisa nulis puisi hehehehehehehe... lam kenal
wahhhh,
so suiiiittt
^-^
yang udah pada nikah, dah tau dong apa artinya cinta?...silahkan resapi aja
:)) :)] ;)) ;;) :D ;) :p :(( :) :( :X =(( :-o :-/ :-* :| 8-} ~x( :-t b-( :-L x( =))
Post a Comment
Jan-jan e ngene lho..