11 November 2008

Oyi (Dreams Is Dead) repost

Labels:

Oyi

Ada satu kisah tentang mimpi seorang Oyi, gadis remaja paras sejuk. Hati teduh. Tingkah meluluhkan jengah. Semua bahagia ciptaan bumi dan taman2 diatas langit Oyi dapat. Dari menikmati semangkuk es cendol sampai merindu runtutan kata untuk Tuhannya, gampang Oyi dapatkan. Namun ada satu kekurangan Oyi.
Oyi lumpuh dipendengarannya, tuli.
Suatu saat ketika Oyi bercanda dengan cicak pohon ditaman yang biasa menggumulinya dengan canda. Tiba-tiba...

seorang lelaki muda berteriak lantang kepada Oyi.
"Haruskah seribu pasukan lebah ku kerahkan untuk membuatmu lenyap dari taman ini!!!
Ini peraduanku!
Ini ladang lamunku, tempatku memilin mata sekali, untuk sepanjang hari yang melelahkan ini!
Diamlah selagi kamu bisa!
Atau seruling ini menghardik keras dirimu!".
Oyi terdiam. Sembari memungut boneka kertasnya oyi melangkah pergi.
"Dasar orang gila…" keluh Oyi.
"Apa kamu bilang!" Lelaki muda itu bangun dari rebahannya dan matanya melotot kearah oyi berdiri.

Mencoba melarikan diri dari apa yang telah lepas dari mulutnya Oyipun berusaha menyembunyikan wajah bersalahnya.
"Tidak aku tidak berkata apapun.."
Oyi berlari menjauh ke arah gerbang taman. Lelaki muda itu kembali ke rebahannya.
"Dasar lelaki gila, dia pikir dialah pemilik taman ini.. dasar orang gi..". Tiba-tiba mata Oyi terbelalak. mulutnya menggigil. Kerongkongan kering. Hatinya berdegup keras. pelan jemari Oyi menyentuh bibirnya. dibelai, lalu turun ke leher. dibelainya pula. Bola mata Oyi tak henti2nya berlari kekiri dan ke kanan. mencoba menarik kembali sekilas laku yang telah terjadi barusan. Apa yang telah dilakukan oleh mulutku? Kenapa aku begitu marah dengan umpatan lelaki itu? Jari telunjuk Oyi menyibak rambut yang tergerai menutupi telinganya. Oyi berusaha meyakinkan apa yang telah terjadi padanya.
"Hei kenapa kamu belum pergi juga!" Teriak lelaki muda dari kejauhan.
"Apa kamu bilang!" teriak oyi dari ujung gerbang taman. Bangun dengan kesal, lelaki muda itu berkacak pinggang dan lantang menyambung amarahnya.
"Ku bilang kenapa kamu belum juga pergi dari tempatmu berdiri!". Sembari membuka lebar telinganya.
"Apa kamu bilang!" teriak Oyi.
"Ku bilang pergi kamu, pulang lah sebelum ku lempar serulingku ini!". Sontak Oyipun melompat girang.

Tertawa selantang letupan hati. menatap awan dan berputar merumitkan waktu.
"Aku dengar itu!" teriak Oyi.
"aku dengar itu!". Oyi tertawa dan berkali menyibakkan sisa rambut tergerai yang menutup telinganya.
"Aku dengar itu kataku, aku dengar!".
Dan setitik embun melinang dikelopak matanya. meleleh jauh ke akar leher. berkali-kali. Senang hati Oyi tak terluapkan hanya dengan puisi para pujangga perindu. ataupun putri-putri kayangan yang bahagia diselasar kerajaannya. Tidak juga gerai pipit yang berebut sepotong ulat mungil. Tak tertandingi apa yang bergemuruh dalam hati Oyi, sebuah kebahagiaan yang tak mudah diluapkan. Keajaiban datang tanpa cela. sempurna layaknya ciptaan2Nya. Begitu adilnya langit, kepada kaumNya yang dibumi. memberinya apa yang seharusnya dinikmati dari semula saat Oyi belajar bicara. Oyi tak lagi tuli.
pendengaran ini tak lagi secacat tadi.

Dan..

kosong.

Taman itu kosong.

lelaki muda itu tak lagi berkcak pinggang seperti tadi dengan mukanya yang memerah marah. Bangku taman itu sepi tanpa penghuni. Dan Oyi berdiri jauh di ujung gerbang taman, bingung.

Suatu waktu yang berbeda. Disebuah kerumunan pusat perbelanjaan. Orang berjejal berebut akal. Berebut jengkal-jengkal kesempatan meraih sesuatu yang dibutuhkan. Berlalu-lalang. Meringsek dari sela kerumunan seorang gadis. Tersenyum sekilas dari kerumunan yang berdesakkan. Matahari bernaung dari balik tembok-tembok kota. Hari mulai jatuh ke pelukkan malam. Sinar mentari satu persatu berbaur dengan kerlip lampu kota. Ada pengemis yang berlari dengan tangan terjuntai palsu. Pengamen berdendang merebut hati pelanggan perkotaan. Diseblah lain ada copet yang berhasil menyita hak seorang perempuan tua. Lari dan mati terlindas bis kota. Kerumunan tetap kerumunan. Tidak ada niat beralih dari perebutan kesempatan
penghabisan gaji bulan ini. Disudut lain si lelaki pedagang rokok dan tisu bertukar bahasa keras dengan si perempuan muda pekerja kebersihan kota. Yah, masih ada si kecil berempat bahkan dengan kain dekil, mencoba berbisnis belas kasihan. Dan Oyi mencoba menulis kembali cerita tadi pagi. Cerita yang luar biasa. Pengakuan atas nama keajaiban. Entah itu perbuatan Tuhan atau mahkluk lain, yang pasti hari ini mulut ini tak lagi mati. Ada lafal-lafal kata yang harus diteriakkan, entah saat ini atau kah lain kesempatan waktu.

"AKU BISA TERIAKKKKKKKKKKK!!!"

Sekejap orang-orang yang berjubel, bergerak cepat, bertanding dengan waktu. Ribut dengan cuap kanan kira. Mengujar keagungan jagad konsumtif. Dan berbicara sebagai layaknya manusia. Terhenti. Bergerak lamban dan dengung yang kian membesar. Oyi tertawa senang. "Dunia ini mendengarku, iya sudah waktunya,
banyak yang aku ingin bicarakan. Entah sekarang atau lain kesempatan waktu."
Dan kerumunan itu kembali seperti sedia kala. Bergerak cepat. Tanpa batas. Sebuah lukisan menjelang malam. Kisah tentang keramaian sebuah perkotaan dan orang-orang yang betah bernafas didalamnya.
Oyi melangkah pergi.

Tak beberapa jengkal langkah. Dentum ketipung kampungan. Dan petikkan gitar. Berbaur dengan kocak penyanyi jalanan. Menautkan perhatian Oyi. Didekatinya serombongan pengamen itu. Dengan senyum lebar Oyi ikut berdendang. Sedikit tarian kecil dipinggul, mewarnai suka cita Oyi tentang cerita pagi tadi.
Pengamen pun tersenyum. Tiba-tiba runtunan lagu itu terpecah oleh teriak seorang perempuan muda. Si pekerja kebersihan. Seoarang lelaki pedagang rokok tersungkur. Dan batok kepalanya berdarah terhujam kotak rokok yang biasa dipeluknya saat berdagang.

"Mampus! Dasar kontol gak tau diri!"

Silelaki pedagang rokok bersimpuh, tersudut disalah satu pot taman kota. Tangan kirinya berusaha menahan kucuran darah yang kian deras dari luka robek itu. Dan tangan kanannya berusaha menepis hujaman bertubi-tubi si perempuan muda pekerja kebersihan. Orang-orang berhenti kemudian lari. ini bukan urusan mereka. Hanya dari mata orang-orang itu dipanjatkan doa semoga kota tempat mereka biasa bernafas tidak ditemukan lagi bangkai manusia tak bernama. Orang-orang itu tetap memutuskan berdalih ini bukan urusan mereka. Pergi dan masuk ke arus waktu yang menggiling mereka menjadi bagian-bagian sampah kemanusiaan.
Oyipun berlari mendekat. Rombongan pengamen menyusul. Sebagian orang ikut. Dan wajah silelaki sekarang merah. Kumisnya terpotong oleh bibir yang robek menganga. Mungkin sebentar lagi si lelaki menemui ajalnya kalau seorang lelaki muda melerai. Umpatan tak hentinya keluar dari mulut si perempuan muda. Berkali-kali kutukan keluar. Dan dipukulnya berkali-kali juga perut buntingnya. Sembari meruntun doa-doa pengumpat segala iblis di surga.

"Bajingan ku bunuh kamu!" Dilempar sepatu kerjanya.

"Dasar kontol tidak tau diuntung!!!" Dipukulnya lagi perutnya yang bunting.

"Aku tidak rela!!!"

si perempuan muda itu bersimpuh mengumbar air mata. Wajahnya bersimpuh ke jalan. Diusapnya pelataran itu dan meratapi nasib anak perempuannya yang di gagahi dan djual ke tengkulak kelamin.

Bak seribu panah beracun terlontar ke udara dan menghujam relung hati. Oyi memilih melepaskan diri dari drama si perempuan muda pekerja kebersihan kota. Keinginan untuk membantu, menolong si perempuan urung diniatkan. Tak terasa buih-buih air meluncur dari kelopak mata. Membasahi semua yang semula kering dan kaku oleh canda hati. cerita pagi seakan buyar bubar sebegitu keinginan hati untuk berlari dari drama sore ini. Lantunan rombongan pengamen tidak lagi berdengung indah mengiringi keajaiban cerita pagi tadi. Luntur oleh rintih perih si perempuan muda pekerja kebersihan kota.

"apakah itu yang ingin ku bicarakan dengan dunia?" Gumam Oyi.

"Ataukah itu yang harus aku dengar saat pendengaranku terlahir kembali".

"Apa mungkin itu hanya sekilas saja, tidak lebih, tidak akan ada lagi, atau selamanya ada tanpa aku pinta?".

"Apa yang harus aku bicarakan kepadamu dunia, jika topik itu yang kamu berikan". Oyi melangkah pergi. Disakukan kembali boneka kertasnya.

Awalnya aku hanya ingin bermimpi. Mimpi tanpa pamrih apapun. Hanya sekedar mimpi. Karena mimpi itu indah. Taman yang biasa tempat aku bermain adalah mimpi. Mimpi yang begitu nyata. Nyata ku temukan cerita-cerita pagiku sepulang sekolah. Ibuku pernah bercerita. Begitu dahsyatnya aku dengan kekuranganku. Ya, walopun saat itu aku tidak terlalu mengerti dengan apa yang diucapkan oleh Ibu. Tapi bisa aku baca dari matanya yang indah nan tulus itu. Sampai sekarang pun aku belum mengerti dengan kedahsyatan yang ibu pernah ceritakan kepadaku. Ku pikir itu hanya sekedar buaian sebelum aku bergegas tidur. semacam dongeng gitu. Tapi sejak aku biasakan melawan kecacatanku. Sedikit demi sedikit aku mampu memahami apa yang pernah ibu ceritakan. Dulu waktu aku baru menginjak umur 14 tahun pernah seorang teman menulis di buku bicaraku. "kau hebat". Ku tanyakan maksud dari tulisan itu. Dan dia menulis. "karena kau temanku". Di umurku saat itu aku kurang mengerti dengan perkataan Mas Darto, temanku. Ya, mungkin karena aku terlambat belajar tentang dunia mas darto. Oh iya mas darto ini lebih tua 8 tahun dari aku. Dia seorang mahasiswa. AKu ketemu saat sekolahanku diundang untuk sebuah pertemuan di kampusnya. Orangnya baik, lucu bahkan. Yang jelas saat itu dia termasuk orang yang mampu membuatku tertawa. Dan yang tidak terlupakan adalah boneka kertas orang-orangan yang dirangkainya khusus untukku. Tulisnya: "Ini buat teman ngobrol kamu"

Namun..

Jogja Aug 08
suwun buat joko tembel di BABEL

0 comments:

Post a Comment

Jan-jan e ngene lho..

KHILAF ITU INDAH

Jangan pernah takut untuk menulis. Jangan pernah merasa tidak bebas menulis. Jangan pernah merasa tulisanmu itu tidak lebih baik dari tulisan siapapun. Jangan pernah dipenjara oleh ketidakmampuan. Jangan pernah merasa tulisanmu tidak layak. Dan jangan pernah berhenti untuk menulis lebih baik menurut ukuranmu.

Apapun aksara dan kata yang kamu toreh. Kamu telah menulis kalimat indah dalam hidupmu. Kelak menjadi cerita, dongeng atau mitos tentang keberadaanmu, karena kamu menulis.

PREKMATANE!

Tentang

My photo
Aku adalah seekor manusia. Dan Selalu ada saat yang tepat untuk menjadi Raja di Kerajaan sendiri. Senoaji

Lagi Pipis

Lagi Pipis
ANTRI DONG!!