[kamu dimana? Aku di jogja sama istri, aku sekarang ada di warung burjo, kalo bisa ke sini, aku tunggu]. Pesan singkat dari teman. Beberapa hari yang lalu dia memutuskan untuk menikah dengan perempuan pilihannya sendiri. Dan beberapa puluh hari kemarin dia diputuskan sebagai salah satu pekerja pemerintahan pusat. Dan beberapa ratus hari yang terdahulu, temanku ini bilang "Pokoknya aku pingin istriku seperti ini..." temanku ceritakan detail tipe perempuan impianya. Dan "aku pingin hdiupku seperti itu..." Detail tentang bayangan kehidupannya dimasa yang akan datang diruntutkan sempurna. Lalu "Yang ku inginkan adalah tidak sama dengan yang lain..." tutur itupun panjang semalaman dan berakhir dengan mengendapkan kopi kental dan berpuntung2 rokok lokalan.
Seperti biasa basa basi, bacot sana sini. Permohonan maaf harus aku lontarkan, karena ketidakbisaanku menghadiri acara pernikahannya. Temanku maklum. Segelas kopi panas dan sebatang rokok aku pesan, lumayan sebagai pelarian kecanggungan karena sikapnya yang mulai menyesuaikan dengan statusnya yang baru, seorang suami dari istrinya yang sedang sibuk memangkas rambut model terindah, disebuah salon diseberang jalan tak jauh dari tempat aku dan temanku ngobrol. Sehirup kopi sehisap rokok. Dan pembicaraan pun ngelantur cair. Ternyata dari dekatpun temanku tidak mengalami perubahan sedikitpun. Keasikkannya untuk tidak mengkaidahkan bacaotan yang biasa kita jeplakkan selama kuliah dulu, tidak berubah sedikitpun. ternyata jaim yang ku pikir akan bertahan lam ternyata gugur ditengah keasikkan kami mengobrol. Rokok ke dua, ku hisap dan mantap, kopi belum tandas tapi mulai dingin, hilangkan pukulan2 kemantapannya. Namun banyolan teman dan sedikit berlari ke kenangan selama perjalanan bersama di masa kuliah menyingkirkan keinginanku memesan segelas lagi. Disela2 keasikkan iu, ku coba tanyakan hasil analisis dikepala dan sedikit mengingat tentang angannya tentang perjalanan hidupnya. Singkat temanku jawab "sempurna" Temanku ulangi "Sempurna sekali" dan temanku tekankan lagi"sangat sangat sempurna". AKu tersenyum diujung mulut, hati bersorak sorai melihat kebahagiaan yang terpancar dimatanya. temanku bahagia. Dan apa yang dia cita2kan dan ceritakan di beratus2 hari yang terdahulu, sekarang menjadi kenyataan. Perjuangannya tidak sia2. Doa2 sederhana dan mudah dicerna oleh Pencipta hidup. Sungguh kerumitan hidup belum menemui di setiap langkah perjalanan hdiup temanku. dan juujur aku bahagia. Dia teman terbaik dan layak untuk mendapatkan itu semua. Tidak ada alasan lain terbaik tidak akan jauh dari yang terbaik. Sempurna itu bukanlah isapan jempol dan dongeng pengantar berak. Kenyataan tentang kesempurnaan itu ada dan terbukti. Sekarang didepan mataku, dan pelakunya adalah temanku sendiri. Sungguh Pencipta tahu bagaimana menempatkan keadilan2Nya untuk umatnya yang pantas. Ku hantarkan senyum dan ucapan selamat. rokok ketiga ku hisap dan pussss. Asap mengepul sebagian bubar tersambar angin kecil. lainnya merambat melalui lapisan2 semu udara. merangkap dengan gumpalan putihnya yang mulai memudar dan terpendar dipelataran wajah temanku. entah menit keberapa aku tidak menyadari temanku pucat, matanya setengah terbelalak, bibir bawahnya tergigit. Ditatapnya aku dengan sejuta arti yang belum bisa aku tebak maunya. Sekali lagi ku tanyakan "Hai kamu kenapa?" Ku lihat semangkuk indomie rebus tergolek tanpa isi, setelah mungkin dihabisinya. Secangkir kopi masih belum berkurang dari setengah gelas kecil. Dan ku kembalikan pertanyaanku dengan raut muka temaku yang berubah, begiu aneh, tidak wajar. temanku masih terpaku, tak gubris pertanyaanku, tentang kabar istrinya dan bagaimana indahnya bulan madu di Bali. "hai?!". aku menyerah sejurus saja canggung berlari berkeliling mengitari suasana yang sebelumnya asik. masih rokok ketiga dan mulai merambat ke ujung jariku. "teman..." Lirih suara temanku, sambil melongok ke salon seberang jalan. "Kenapa?" tanyaku, temanku aneh dimenit terakhir perjumpaan kami. "...mmmmm...aku mo pesan rokok nih, kamu tau istriku kan?". Aku mengangguk paham. "iya ntar aku pegang rokokmu kalo dia datang...". "sip".
Home » The Reads Room » butuh waktu untuk sesempurna, kata sempurna
21 December 2008
butuh waktu untuk sesempurna, kata sempurna
Labels:
The Reads Room
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Business
Cerita Bergendut
Efek Kaca Pada Rumah
FIKSI BATINIAH (Sebuah Cerpen)
Frank Sinatra Closet
jejak mungil
make money
Mendulang
Moonlight Serenade
Online Options
Opinionase
PIALA DIGILIR
Reswara Silmi Wicaksono MERDEKA BUNG
Reswaraku
Reviews
RUANG KOSONG
sementara stresss dulu
The Backdoor Room
The Cinema Room
The Download Room
The Radio Room
The Reads Room
The Rooms
wawawu
wawawuwiwowa
KHILAF ITU INDAH
Jangan pernah takut untuk menulis. Jangan pernah merasa tidak bebas menulis. Jangan pernah merasa tulisanmu itu tidak lebih baik dari tulisan siapapun. Jangan pernah dipenjara oleh ketidakmampuan. Jangan pernah merasa tulisanmu tidak layak. Dan jangan pernah berhenti untuk menulis lebih baik menurut ukuranmu.
Apapun aksara dan kata yang kamu toreh. Kamu telah menulis kalimat indah dalam hidupmu. Kelak menjadi cerita, dongeng atau mitos tentang keberadaanmu, karena kamu menulis.
PREKMATANE!
Apapun aksara dan kata yang kamu toreh. Kamu telah menulis kalimat indah dalam hidupmu. Kelak menjadi cerita, dongeng atau mitos tentang keberadaanmu, karena kamu menulis.
PREKMATANE!
Tentang
- Senoaji
- Aku adalah seekor manusia. Dan Selalu ada saat yang tepat untuk menjadi Raja di Kerajaan sendiri. Senoaji
1 comments:
sukses...tapi nggak sukses...
kamu tau istrinya kan, tahu..
suka pegang rokok orang,
asap mengepul di rokok ku..
buuullll...
:)) :)] ;)) ;;) :D ;) :p :(( :) :( :X =(( :-o :-/ :-* :| 8-} ~x( :-t b-( :-L x( =))
Post a Comment
Jan-jan e ngene lho..