19 January 2009

Banci Ngamen

Labels:

Aku lupa nama aslinya, yang jelas seingatku, lelaki kurus kering [sebut saja Andi] itu nge-kos sekampung dengan ku. Dan kebetulan banget waktu masih aktif2nya kegiatan ronda di kampung Mas Andi satu group denganku, group ronda malam kamis. Mas Andi ini boleh dibilang orang yang paling rajin, datang pertama kali di pos ronda, ketika semua anggota grou ronda malam kamis datang, air sudha terjeram dan siap disedu dengan kopi atau teh, terserah minat masing-masing. Dan biasanya Mas Andi berinisiatif untuk patungan uang, ntah untuk membeli klethik-klethik ataupun sego kucing bagi yang lapar. Namun ada satu malam dimana, air tidak terjeram, makanan kecil tidak ada dan aku datang pertama kali, tumben kataku Mas Andi belum datang.

Jelas bisa dipastikan jatah beli cemilan jatuh ke tanganku. Alasan aku yang termuda, penuh inisiatif, energik, bla bla menggiringku menggantikan peran membeli cemilan yang biasanya diperankan cakep banget oleh Mas Andi. Angkringan mirota menjadi sasaran pertama mencari baceman ceker, gorengan terus rambak dan kawan2nya. Aku pun meluncur.

Mendekati Lokasi Angkringan Mirota
Angkringan mirota masih buka, biasanya jam segitu banyak mahasiswa yang mengadu nasib perut mereka dengan berspekulasi gangsal ewuan[5000an] untuk bisa makan se-kenyangnya. Dan benar riuh angkringan dan gelak tawa beberapa orang sudah terdengar dari kejauhan. Sekitar 4 sampai 5 orang mungkin. Terlihat jelas sekali karena angkringan itu penuh sesak. AKu mendekat, biasanya suka bikin keki juga kalo yang nongkrong itu sopir angkot yang numpang mabuk. Kalo nggak 'mbak2 jelmaan lelaki' nah ini yang bikin keki setengah mati. Suka menggoda, dan tahukan betapa bingungnya ketika digoda 'banci'?

ku teropong angkringan itu dengan praduga2ku, bancikah atau supir angkot yang numpang mabokkah. Kurang dekat, aku dekati saja, nekat karena misi yang ku emban lumayan berpengaruh terhadap keasyikan ronda malam kemis. Aku mendekat. dan...

Benar! bukan mahasiswa, bukan sopir angkot yang numpang mabok atau satpam mirota yang bertugas jaga malam. Ataupun pengamen jalanan yang suka nyanyi teriak gak ketulungan. Melainkan sekumpulan ibu2 hasil dari proses penjelmaan lelaki. mending kalo menjelma jadi serigala, karuan horornya, nah ini lelaki diragukan perempuan juga belum pasti tulen. Dan heboh, mereka cekikikan rumpi sana rumpi sini.

Karena gak ada pilihan lagi. Dan angkringan yang satu-nya juga jauh. Akupun berjibaku, ntah nanti jadinya seperti apa, mo digodain mo diapain asal gak digagahi aja ku tetapkan hati misi memborong cemilan harus diselasaikan.

Angkringan 11:20 malam
Ku pilih gorengan2 yang masih hangat. Baceman ceker ternyata tinggal 8 biji jadi aku tambahin dengan tahu sama tempe bacem. Rambak tidak ada aku ganti dengan kacang. Nah kok masih kurang pada hal bajet beli rokok sudah ada. Nambah apa lagi ya... Aku sempat temangu sebentar. "Nasi kucingnya mas, biasa Pakde Kromo suka nasi kucing sama sate siputnya.." Aku melongok ke arah si Bapak penjual, si bapak lagi sibuk nyuci gelas. Nah kok ada suara cowok, padahal sebelumnya yang aku dengar riuh rumpi seru 'banci2' itu. Ku cari sumber suara, ahhh masak dari salah satu banci itu. Gak mungkin pikirku. aku kembali sibuk memilih makanan. Tapi saran dari seseorang itu aku penuhi nasi kucing 5 bungkus sama sate siput 7 tusuk. Hmmm... masih kurang juga apalagi ya.

"Tambah itu mas kepala ayam, biasanya Mas heru suka kepala ayam". Sekali ini aku gak boleh lepas. Suaru itu datang dari ujung barisan banci2. Memang samar, kurang jelas siapa, karena aku disisi lain berhadapan dengan mereka dan lampu teplok ini sedikit mengurangi ketajaman penglihatanku. Banci itu berdiri, mengambil plastik lalu memasukkan 2 kepala ayam dan menyerahkan ke aku. Lalu dia berjalan mendekat ke si bapak penjual, mengeluarkan dompet dari tas centilnya, dan membayar semua boronganku. Karena ku pikir bayar membayar makanan ini termasuk tanggangjawab dan apa alasannya si banci itu membayar tagihanku. Aku susul ke arah banci bertubuh kering dibalut pakaian yang lumayan ancur sisi kemecingannya. Dan sontak aku terhenyak...

Mas Andi????

Pos Ronda 12:23
Semua anggota ronda malam kamis sudah meronta2 kelaparan. Dan riuh melebihi banci paling genit di jagad ini. Protes meluncur satu persatu dari mulut bapak2 itu. Ku dengarkan dan ku timpali dengan santai. Malam itu ada satu cerita yang aku dapat. Bahwa seorang lelaki yang benar2 mengaku lelaki sekalipun belum tentu bisa sangat bertanggungjawab kepada keluarganya seperti Mas Andi teman rondaku.

Dulu pernah sekali aku melihat di tipi, ada cerita seorang lelaki nekat ke ibu kota untuk sekedar mencari segepok nasi demi anak istrinya dikampung. Profesi yang dipilihnya lumayan dahsyat menjadi Banci dan di cerita itu si istri tahu profesi suaminya dan karena keterpakasaan si istri mau bungkam dan bercerita ke anak2nya ketika mereka bertanya kerjaan bapaknya apa. Si istri menjawab bapakmu kerja di proyek bangunan.

dan ternyata kejadian itu di alami oleh mas Andi. Setelah di vonis punya penyakit diseputaran paru2 dan pernafasannya, sekitar setahun yang lalu Mas Andi tidak sanggup lagi kerja menjadi kuli bangunan. Karena sekalinya dia berkeringat, mas Andi bakalan jatuh pingsan. dan ketika aku tanya kenapa Banci yang jadi pilihan untuk mencari nafkah? Mas Andi menjawab karena saya tidak punya pilihan lagi. Ku jawab lagi pilihan kan banyak mas tidak harus menjadi banci, tukang parkir kek? Kapok katanya.

Kenapa? pernah Mas Andi harus dirawat dirumah sakit karena dikeroyok rame2 oleh preman karena setoran dialokasikan ke judi.

"saya juga salah mas, lha wong dapat duit malah buat judi...remuk deh, istri dan anak gak saya jatah, saya kilaf lari ke judi, remuk dua kali". Ujarnya melas.

Lalu kenapa jadi Banci. "Tapi bentar dulu lho mas, saya bukan banci esek-esek jangan salah sangka dulu, silit saya masih bersih, anus saya masih perawan, saya gak mau jadi banci gituan. Takut penyakitnya mas".

Lalu, tanyaku. "Saya jadi banci ngamen mas, ngamen doang, ya walopun suka di isengi mahasiswa yang makan super lahap disepanjang jalan kaliurang, tapi saya senang, kalopun mereka tertawa melihat lucunya saya, wah saya semakin semangat nyanyinya, gak tahu mas kok malah jadi nyandu, sama kerjaan ini".

Dan yang ku dengar dari tetanggaku. Mas Andi pernah cerita, istri dan kedua anaknya belum tahu kalo suami atau bapak mereka kerja jadi banci ngamen. Dan menurutku apapun yang dikerjakan dengan niat untuk kebahagiaan orang yang dicintai, itu sah.

Sekarang aku tidak tahu lagi keberadaan mas Andi, Cuma sesekali kita sempat ketemu kalo pas aku makan dijalan kaliurang. Dan sekali seorang mahasiswa terpaksa berhenti melahap, lalu bergegas membayar makanannya mungkin eneg melihat mas Andi dengan kemenorannya yang luar biasa ancur dan bau minyak wangi yang super2 duper wagu di indra penciuman mereka. Wek Cuh perduli amat.

tabiek
senoaji


45 comments:

Susy Ella said...
This comment has been removed by the author.
Susy Ella said...

senoaji........sebagai pengargaan karena lo kasih komentar pertama...trus akhir2 ini rajin bener berkunjung ke blog gw....dengan bangga ku persembahkan semua award itu ke lo....ambil n kerjain Pr-nya yaa.....heheheh

DavidMIqbal said...

itulah kehidupan mas...walaupun pekerjaannya seperti banci....sedih juga dengar ceritanya

Anonymous said...

lebih salut dan hormat sama orang seperti mas Andi drpd koruptor2 berdasi

Unknown said...

sambil kerja mampiiiir,

banci ngamen dah langka tuh mas, paling yang sering saya liat banci salon ama banci saburai he3.., kadang kasian juga aku kalau ketemu banci, apalagi banci yang ngaku operasi kelamin.

yah bener banci itu jalan kehidupan. mas, biarpun Tuhan mengajabnya susah ngerubahnya, saya cuma bisa bilang turut prihatin aja walau tau gak ada yang g punya dosa.

Anonymous said...

Hikz...hikz....(nangis bercucuran mendengar eh membaca cerita mas senoaji) kenapa hidup ini penuh dengan cobaan.

Pernah kemarin (3/1/09) aku di malioboro bareng sama banci di trans jogja, duh ampun baunya. pengen muntah gue. Tapi aku juga memaklumi profesi mereka. tapi baunya itu lho saudara-saudara yang bikin gue muntab.

Nah...gitu mas senoaji. Paragraf teratur rapi alur juga teratur, saya jadi enak membacanya sampai-sampai aku ketiduran membacanya.

Cerita yang bagus. Hebat mas.

Vivi Renissa said...

Keadaan sudah semakin sulit, sampe akhirnya mas Andi pilih jalan seperti itu, aduh pilu banget baca ceritanya...

Anonymous said...

Dunia ini memang panggung sandiwara, ceritanya mudah berubah. Kisah mahabarata dan kisah tragedi Yunani. Setiap kita punya satu peranan, yang harus kita mainkan. Ada peran wajar dan ada peran berpura-pura jadi banci.

Lho kok kayak lagunya Kang Ahmad ya hi..hi.. Semoga Mas Andi segera mendapat pekerjaan yang lebih layak. Amin,

Anonymous said...

jadi terharu membaca kisah mas andi...yah kadang begitulah hidup ...tp salut mas andi walau pilihannya dimarginalkan oleh kebanyakan tp dia ttp menjaga kebaikan...oiya ttg translete mas bisa pake google transletenya yg sdh zie pasang

Senoaji said...

@susy ella:siap mbak ntar aku ambil... duh pake apa ya ngambile?? kikikikikikik

@david:yang paling sedih adalah ketika kita tidak pernah tahu dan belajar bahwa banyak pilihan berat yang harus dijalani orang untuk eksis dikejamnya dunia[tipi kaleee] wkwkwkwkwkwkwkwkwkwk

@jelajahiduniaely:setubuh eh setuju mbak...

@dnahdiar:banci buat masak sih masih banyak mas[kamsud???] iya segala keputusan terbaik ada ditangan-Nya

@arqu3fiq:wekekekekekek namanya juga banci kelas bawah mas.... modal nekat doang.... saran dan kritik telah dilakukan mas, terimakasih

@witha:tapi kesehariannya dia cowok tulen, gak ada mlendot2nya lho?? yang aku simpuli, banci buat dia hanyalah kerjaan semata, bukan pilihan untuk hidup selamanya seperti itu.

@seno:dan celakanya kita juga pemain dalam panggung2 sandiwara itu.....wkwkwkwkwkkwkwkwkwkwk

@ziezie veteriner:iya mbak makasih....

Pipit Pito said...

"Aku tak mau, kalo aku dimadu..." (biasanya kalo di tipi2 banci ngamen nyanyiin tuh lagu.. Hehe..)

Kayaknya mas pernah maen ke blogku deh.. Thx...

awie said...

apapunalasanya ga harus sebegitunya kan masih ada jalan lain selama kita mau berusaha

Anonymous said...

buset..mas banci yah ihhhh gimana yah klo gw dirayu mah tuh bencong, bakaln kabuuurr nih sumph gw takut bangt mah banci..

emng kaga' ada jalln laen pa selain pilih kerjaan ngebanci... hhhiiiii

Anonymous said...

mas disini ada banci satu , mau gak mas.. he..2..

"dunia memang panggung sandiwara"

Anonymous said...

kalo banci nyolek2 gw paling bete sendiri dianya... gak penggeli gw hahahah...

diandra said...

untung bancinya cuman ngamen ya mas...
miris tapi ah..karena kondisi yg memaksanya memilih profesi itu. Profesi??

eh, mas, sudah punya pacar??
k-lo belum, aku punya temen, statusnya masih mahasiswa. mau???

abdul SYAKUR said...

Ehmmm banyak pilihan, sak jane hidup ini.
Termasuk memilih jadi banci.
Mungkin Andi kurang banyak pengalaman kreatif positif.
Ayo Andi bangkit menjadi Andi yang lelaki perkasa dan perjaka tangguh ( emang lagu...!! ).
Makasih Mas..sudah ngunjungi blog saya.
www.syakurstudio20.blogspot.com

Senoaji said...

@pipit:kikikikikikikikik...dan biasanya bawa icik2 sama, bas super betot.. dheng..theng...dhengdheng..therrrr... wkwkwkwkwkwk

@awie:kalo dicari alasannya, suka gak masuk akal memang, cuman kadang terbentur realitas aja yang suka bikin orang mandek pada satu pilihan..wkwkwkwkwk

@jefry:aku aja horrorr, cuman untuk kasus mas andi ini, beda, dia menggolongkan itu sebagai pekerjaan doang, gak lebih...

@perlawanan hati:*kaburrrrrrr...*

@sang penyamun 200109:wekekekekekekek...ampuh bener mas yang atu ini.....

@diandra:sekedar profesi dan kalo diakmpung dia cowok tulen...kayak gak ada mbakat jadi banci... waduh tawaran yang bikin 'gringginen' grengggg...wkwkwkwkwkwkwkkwkwk

@abdul syakur:pilihan itu banyak buaaangett mas, cuman kayaknya skenario dari Tuhan, mengharuskan dia menjalan peran sebagai banci ntuk menghidupi anak istrinya... sama mas udah mampir di ruangku...

Anonymous said...

ngejar mas senoaji yang kabur...

namaku wendy said...

selalu kek gitu yah kalo dtanya, gak ada pilihan yg lain, miris banget seh hiks ngenes..
weh jangan2 kalo lagi bkeliaran di jogja ketemu banci ntu bisa jadi mas andi yah hehehe apa mas senoaji yak jangan2:p

FATAMORGANA said...

sungguh kisah yg menyentuh. Demi hidup, mas Andi rela melakukan pekerjaan spt itu. Kenapa kisah ini gak dibuat cerpen aja, mas?

Anonymous said...

setuju dengan komen mbak ely ( komen nomer 4 )

Senoaji said...

@ziezie:buset kayak pilem ajah...

@namaku wendy:halah kaburrrr

@fatamorgana:waduhhh mbak kayaknya itu keahlian mbak kalo bikin ginuan [dibaca:cerpen]

@masmoemet:siap disetujui...wkwkwkwkwkwk

denlaksono said...

aku kok ga bs ngebayangin kalo anaknya ampe tau..mungkin kalo istrinya agak maklum, lha kalo anaknya..?!

Anonymous said...

Dan menurutku apapun yang dikerjakan dengan niat untuk kebahagiaan orang yang dicintai, itu sah.

Setuju dengan kalimat diatas...namun dengan embel2.."yang halal ...."

postingan yang menyentuh....

Anonymous said...

wohohoho...
bancinya dapet award, eh malah nyolek..
wkakaka ...
*kabooor*

Anonymous said...

Ironis... Ironis... Ironis...

Ketika ada sebagian orang menghamburkan uang untuk belanja pamflet, spanduk untuk berebut kekuasaan, di waktu yang bersamaan ada orang-orang yang terjebak pada realita sosial untuk bertahan hidup dan menafkahi keluarganya dengan cara apapun...

Ironis... Ironis... ironis... :sad:

Sibaho Way said...

kenapa kalau mau ngamen harus jadi banci dulu ya? adakah nilai jualnya?

Unknown said...

kasihan ya..mas andi...eh, tapi tak mengapa kalau bisa menikmati..

Anonymous said...

takuttt aackkk ma bancii.....sambil tengak tengookk!!!

Anonymous said...

kasian seh sebenarnya. tapi pas sma pernah dikejar2 banci karena sepatu hak tingginya nya tak gantung di atas pohon mangga saat sedang mau ke toilet pria....

Anonymous said...

wah, ceritanya menarik, ternyata tmn sendiri yah mas...malah sudah berkeluarga lagi...waduh, berat juga karena judi jadi begitu...sayang :(

tapi masih salut dan musti dihargai juga usahanya untuk mencari uang dengan halal ;)

Anonymous said...

lupa..hehehe, untuk emoticon di blogspot banyak ada artikelnya mas, kang o-om, kang rohman, bejibun buat blogspot ;)

klo saya dulu pake scriptnya kang o-om :D

Anonymous said...

saya disini urutan 30-an hikzzz :(

Kristina Dian Safitry said...

jadi pengen kenalan langsung nih gw ama mas Andi. diterima gak ya ?he..he..

Anonymous said...

Ada pembajak, tanyaku
ADAAAAAAA
dimana, tanyaku lagi
DISAWAAAAAAAAAAH
huehehehehehehe
:thumbsup:

Anonymous said...

Aku yakin gak semuanya diceritain... Ada bagian-bagian tertentu yang diedit... Hihihihihi.... *bablas meneh*

Anonymous said...

waduh dapat antri ke 38 dah..

hidup memang begitu, yang terpenting dari semua yang sudah terjadi kita bisa ambil pelajaran yang terbaik, agak semakin bijaksana dalam menentukan langkah dalam menetukan arah hidup yang kita pilih.

salam kenal mas senoaji
regards,
mama hilda

Senoaji said...

@lakso:itu dia... kelak mas andi pun akan dihadapkan dengan momentum seperti itu...

@bagus pras:bener banget mas.. halal... selama tekad mas andi, ngamen ntuk menafkahi keluarganya, walopun berdandan selayaknya banci, menurutku itu halal [ehhh gak tau ding kikikikikikikikik]

@suryaden:arep mlayu nang endi kowe...wkwkwkwkwkwkwkwkwkk...

@itempoeti:itulah negari kita, subur makmur rakyat sejahtera, yang semua hanya di Pancasila dan UUD45 thok thil!!

@bill:sebenarnya gak sih, cuman berdandan banci adalah strategi menarik pasar ajah... wkwkwkwkwkwkwkwk

@boykesn:nyamanlah dengan ruang mu maka kamu akan maksimal mempersembahkan karyamu, mungkin kayak gitu mas, mengingat mas andi baru kejatahan peran seperti itu, ya dia berusaha menikmati hehehehehhehehe

@brigadista:wkwkwkwkwkwkkwkkwkwk...

@gus:wakakwkawkawkawkwkwkkawak iki lucu tenan wakakakakakakakakak!!!

@gdenarayana:yang sabar ya mas... roda selalu berputar srrrrrr gitu kadang berputar maju kadang berputar mundur... tapi kalo roda bisa berputar kesamping berarti rodanya lucu wkwkwkwkwkwkwkwkwkwk...makasih infonya mas...

@kristina dian safitry:wkwkwkwkwkwk... so pasti mbak...

@indra putu acyar: Wadoohhh konangan[ketauan]...*Ngacirrrrr*

@mama hilda:lam kenal juga... terimakasih komen dan kunjungannya

tabiek
senoaji

makasih semuaaaa

Anonymous said...

Namanya juga mencari sesuap nasi. Apa pun dilakukan kalo udah berurusan sama perut itu. Tapi, kalo jadi banci, saya baru tahu. Setahu saya, banci, ya, tulen kebanciannya.

Eko Eshape said...

Mas Seno bisa cerita dengan detil dan bisa mengambil hikmah dari peristiwa itu

Sunguh tulisan yang sangat bagus dan menyentuh

TFS

Salam

Anonymous said...

Saya lebih menghormati seseorang yang mau mengakui profesinya meskipun sebagai banci atau pelacur sekalipun ketimbang orang yang hidup penuh kepura-puraan.

Tabiek juga mas, heheee...

bonk AVA said...

uang adalah segalanya bli! salm kenal

Anonymous said...

aku cuma mau nanya.. tabiek itu apa ya... hehehe.....

Anonymous said...

weks ada jatah ronda juga yap?kok sama dengan daku yap?weks lagi kok ada angkringan mirota yap?rumahnya deket mirota po om?

Post a Comment

Jan-jan e ngene lho..

KHILAF ITU INDAH

Jangan pernah takut untuk menulis. Jangan pernah merasa tidak bebas menulis. Jangan pernah merasa tulisanmu itu tidak lebih baik dari tulisan siapapun. Jangan pernah dipenjara oleh ketidakmampuan. Jangan pernah merasa tulisanmu tidak layak. Dan jangan pernah berhenti untuk menulis lebih baik menurut ukuranmu.

Apapun aksara dan kata yang kamu toreh. Kamu telah menulis kalimat indah dalam hidupmu. Kelak menjadi cerita, dongeng atau mitos tentang keberadaanmu, karena kamu menulis.

PREKMATANE!

Tentang

My photo
Aku adalah seekor manusia. Dan Selalu ada saat yang tepat untuk menjadi Raja di Kerajaan sendiri. Senoaji

Lagi Pipis

Lagi Pipis
ANTRI DONG!!