Perkosa Cengohku

Ngemut Sendal...
Bibirku melepuh..
hidungku terkoyak tengiknya...
Dan gigiku rempal...
Melamuni kamu...

Siang tak kunjung ambruk dari sarangnya. Penjual es cendol masih betah ngetem dibawah pohon embuh apa namanya. Buliran embun dingin ndrojos di gelas si pembeli. Kayaknya mereka lagi pacaran. Gaya putih abu-abu, isin-isin tapi demak demok! Mak Mek


Hampir 10 menit pantatku dipinggul oleh jog montorku yang setia memapah kemanapun aku ingin tuju. Nah kali ini agak jauh aku meninggalkan pabrik mesin ketik. Ada sesuatu yang harus tuntas segera (bukan nyabun). Dan tempatnya lumayan jauh, dipusat kota.

Ku lucuti atribut masker anti sengatan matahari dari tubuhku. Ku rapikan rambut. Ku benahi baju dan ku kancingkan lagi resleting celana yang ternyata mbledah semenjak tadi. Semik!

Lorong gedung semi tua. Banyak jendela yang menyapaku. Ku biak kan pandanganku mencari tempat yang ku cari. Ketemu! Ruang ini yang aku cari. Ketok pintu. Toleh kanan kiri depan belakang dan resletting celana. Aman!

Namun bukan melempar salam atau setidaknya satu kata untuk menandakan kehadiranku.. aku hanya bisa mengunyah wajah cengohku sendiri.

Keringat itu melumuri batang lehernya..
Menetes dan jatuh ketempat yang semua mata rusuh ingin melongok dan menjamahnya... Muka kusutnya tak biaskan apa yang ada dibalik itu, jika di kuliti dan dibenahi..
Total musnahkan wajah klentrukku...

Sekali lagi peluh segede tengu londo jatuh ke jurang itu... Mengkilat menggoda dan merusak prasangka.. ohh.. ihh.. ohh... ihhh... soooorrrr!!!