19 August 2010

Unni Oh Unni

Kekasihku kawin dengan pak Calon ustad. Bapaknya berpendapat, aku anak hebat, tapi terlalu hebat . Ibunya memberi ku selamat. Selamat untuk merelakan Unni beradu cinta dengan pak Calon Ustad. Dan memberiku semangat untuk tidak lari ke tengah jalan raya dan menantang mobil yang beradu kecepatan. Alasannya

“Banyak wanita lain yang bisa kau peristri. Tapi bukan anakku”.

Abangnya menyemat mahkota kiamat,

“kamu belum pantas untuk adikku, dia terlalu jernih untukmu. Lihat berkacalah, ini aku berikan cermin sebesar dirimu, berkacalah sesukamu. Dan berharaplah keajaiban datang. Tapi abang harap tidak secepat yang kau bayangkan” .


Untuk Unni, cintaku, bila ada parang setajam mulut setan, mungkin sudah ku tebas batang leher abangmu.

Dan begitulah akhir dari asmaraku. Kalah oleh sebuah pilihan. Kata orang jodoh ditangan Tuhan. Menurutku dijaman grosir cinta ini. Kesaktian itu sudah diambil alih oleh manusia. Sedangkan Tuhan, aku kurang tahu kesibukkan-Nya.

Tapi Unni, gadisku, perempuanku, dan mantan calon istriku. Semua telah aku jual, gadaikan, dan aku cecerkan di setiap langkah perjalanan ini. Sekarang ku sadari kebodohan dengan harga mutlak. Dan kau, Unni, cintaku, gadisku, perempuanku, dan mantan calon istriku, begitu sesak meledak kau sumpal otakku oleh kenangan beribu kecupmu. Dari ujung bibir sampai ke pangkal hati.

Parasmu sederhana, wajah lebih banyak lari ke arah suasana pedesaan. Sejuk, rindang, mirip ketika aku terlelap di teduhnya pohon randu. Bibir dingin, mirip juga saat aku tercebur empang.

Belaian… tidak ada niat aku lalaikan. Banyak bagian dari tubuh ini yang terbelai. Dan semuanya aku suka. Wajar cinta dan nafsu batasannya tipis. Tapi aku anggap belaian Unni lah yang aku museumkan didalam, dalam hatiku, disetiap frame kenangan dan sabun dikamar mandi.

Sekali waktu kita bertemu. Satu kalimat meluncur deras dari bibir tipismu.

“aku tidak memilih ini. Ini pengabdian. Ini hutang budi. Dan akan ku lunasi”.

Matanya tertuju tajam, menantangku dalam kelam. Binar cahaya itu telah meredup dari matanya. Membungkuk lalu hilang dari tirai panggung kisah-kisah percintaan picisan. Tidak aku ujarkan pembelaanku, dan segala pertanyaan, kepastian, dan menuntut kembalian akan apa yang sudah aku serahkan. Unni keburu berlalu. Meninggalkan aku sendiri untuk kemudian... Mampuusss!

23 comments:

suryaden said...

modiaaar

senoaji said...

malahan

Pojok Pradna said...

cerita humor tragedi putus cinta (keprok_tangan)

hasssan said...

melas

itempoeti said...

ra nggowo sentolop...
peteng ra ketoke Ji...

marsudiyanto said...

Ikod perihatin....

PRofijo said...

kapokmu kapan...!

Bre said...

Si abang kui cetho benere lho, kon ngoco..lak ketok jelas bernard bear.

(Bsluh)

andrie `d4nsk` said...

mesakke...

johan ZeroSeven said...

ikut berduka cita "koyom opo ae..."

Unknown said...

Ketika "cinta" sudah terpotong dengan akad di depan penghulu... maka mau nggak mau harus direlakan meskipun hati teriris sembilu meskipun akhirnya mampusss

Andy MSE said...

jadi.... akhirnya mampus karena apa?

annosmile said...

iso diakses...thoobbbbb...

soewoeng plasu said...

jian diksinya hebad

koplak said...

blaikkk sakarsme

fai said...

alahhh mateeeeee belandaaaaa

Pipit Pito said...

putus cintaaaa, berjuta rasanyaaaa

xitalho said...

Mampussssss....!! pus...pus....pussss...!!

Anang said...

hahaha.. modyarrr...

Anonymous said...

koit..... the end :D

joe said...

wah, mengerikan ...

Anita said...

hmm.. kisah lain tentang siti nurbaya..

genthokelir said...

walah ancur

Post a Comment

Jan-jan e ngene lho..

KHILAF ITU INDAH

Jangan pernah takut untuk menulis. Jangan pernah merasa tidak bebas menulis. Jangan pernah merasa tulisanmu itu tidak lebih baik dari tulisan siapapun. Jangan pernah dipenjara oleh ketidakmampuan. Jangan pernah merasa tulisanmu tidak layak. Dan jangan pernah berhenti untuk menulis lebih baik menurut ukuranmu.

Apapun aksara dan kata yang kamu toreh. Kamu telah menulis kalimat indah dalam hidupmu. Kelak menjadi cerita, dongeng atau mitos tentang keberadaanmu, karena kamu menulis.

PREKMATANE!

Tentang

My photo
Aku adalah seekor manusia. Dan Selalu ada saat yang tepat untuk menjadi Raja di Kerajaan sendiri. Senoaji

Lagi Pipis

Lagi Pipis
ANTRI DONG!!