27 January 2009

semono

Labels:

Tipi gaduh dengan berita para ulama belajar menjadi nabi. Yang menuliskan aturan2 yang mencoba menyetarakan mereka dengan Pemilik Segala Hidup. Pak Kromo yang kempot dengan ‘klobot’ terpaksa mencak2 teriak2 “Mau diapakan lagi negeri ini?!!”. Bu Kromo, menggelengkan kepala maklum dengan sikap suaminya. “yang sabar Pak ne... “. Sebelumnya Ardi penggiat aktivitis masjid tiba2 berseru lantang. “Gempur Israel!!! Kutuk Israel.. Mari kita teguh tekad untuk membantu sodara2 kita di Palestina, ulurkan tangan keluarkan harta kalian, Jihad memanggil kita...” Dan seterusnya dan seterusnya

Itu semua karena Ardi terbakar hatinya melihat berita tipi yang sempat hangat bahkan menyala sesaat oleh timpukkan berita2 haru pilu jalur gaza. Tidak kalah bersemangatnya Bu Siti yang sibuk meracik jampi2nya untuk bisa menambah pelanggan warung bakmi. Kata dukun yang disewanya, radius 100 meter orang yang mencium bau aroma masakannya langsung mampir untuk beli. Entah itu enak atau enggak yang jelas, langsung beli langsung makan terus pulang. Dan besoknya balik lagi. Dan begitu seterusnya.

Namun di sudut lain. Ada seorang ibu yang meronta, tanahnya di ambil sekitar stengah meteran. Si ibu itu ingin membangun rumah untuk anaknya. Karena lahannya berdempetan dengan rumah si Ibu Siti. So anak bu siti merasa perlu untuk memainkan kepalannya yang mantan preman untuk menekan si ibu yang ingin membangun rumah untuk anaknya itu. Walhasil, warga pun ikut menari hulahula meramaikan pertarungan yang tidak adil itu.

Si ibu hanya bisa menghela nafas dan mengumpat: “Saya ikhlas tanah saya diambil, saya iklhas hak saya di curi, tapi saya tidak iklhas kalo anak saya dan cucu saya harus tidur tanpa atap dan alas tidur yang hangat”.

Si anak Bu Siti berkacak pinggang dan berteriak :”Lonte! Gak usah banyak bacot, ini tanah ku, tanahmu cuman segini!!”

Menggaris pembatas dengan kakinya. Warga berkerumun, mulut mereka komat kamit seperti babi kelaparan. Tidak ada yang bicara melantangkan suara untuk melerai pertarungan yang tidak sepadan itu.

tempat lain tak jauh dari kerumunan warga, seorang pemuda beristri satu dan punya dua orang anak. Sibuk memompa kelaminnya di garba janda muda. Nafas mereka terengah-engah. Deru nafsu berlomba dengan cucuran keringat dan sperma yang berhamburan setelahnya. Lega, engah si pemuda itu. Tak selang berapa lama. Si janda muda berhamburan keluar dengang telanjang dada. Sembari memegang kepalanya yang bocor di bogem mentah oleh istri si pemuda tadi dengan cobek batu.

Tipi semakin semarak dengan sesumber ajakan untuk kampanye ‘kekhawatiran’. Berita anak kecil digorok lehernya, politisi yang lobi, sorak sorai PNS, basinya berita selebriti, mirisnya para milisi, bensin turun supir angkot urung angkat bicara, ulama masuk surga, semuanya warna warni berita tipi semakin memojokkan kenyamanan hidup ketepian jurang dan dihempas ke dalam lubang dengan batok kepala terbelah dua

Dan dipagi ini Anak si bu siti harus membuka ‘ember’ besar untuk memandikan jasad anak perempuanya yang tewas terlindas truk sampah. Tangannya terkulai ketika meraba jasad anaknya yang berantakkan dan mendingin.

Bu Siti yang pernah ‘main’ ke Mekkah terpaksa menelan lidahnya sendiri. Jampi2nya minta tumbal, itu perkiraan si dukunnya yang sekarang sama saja, meringkuk di kolong kamar tidur dengan jempol kaki menyembul dari permukaan tanah yang menimbunnya.

Si Ibu akhirnya bisa melihat senyum anak dan cucunya. Rumah mungil itu beratap dan beralaskan tempat tidur yang hangat.

Tak jauh dari tempat itu seorang pemuda beristri dengan 2 orang anak. Merintiih karena kelaminnya yang hampir putus.

Dan Ardi akhirnya bertekad berjuang dengan caranya sendiri. Mengumpulkan semua donatur untuk mau menyumbang hartanya untuk disalurkan ke Palestina, sebagai bentuk solidaritas.

Mbah kromo tak lagi nonton tipi. Tipi dijual ganti radio mungil. sayup langgam jawa bertalun. Bu kromo menggeleng2kan kepala paham dengan sikap suaminya.

Jogja, pagi hari saat nafas terbata2
senoaji

37 comments:

Ali Munandar said...

memang kalau sudah niat jihad gemana lagi yak ..
kita yang ngga bisa ikutan , mungkin hanya bisa memberi sumbangan materi atau doa saja untuk mereka yg berpartisipasi

Anonymous said...

semono itu segitu aja ya mas??

ceritanya bagus banget..lugas dan khas mas seno nihh..
mencerminkan kehidupan yang nyata,...seperti sebuah pesan *apa yang kau tanam itu yang kau tuai*..
bener ngga mas...hiks..

Anonymous said...

Televisi (seolah) telah menjadi "provokator". Berita buruk telah menjadi semacam obat pengantar tidur yang merasuk dan membangun mental masyarakat bangsa ini...

Miris rasanya ketika yang kita jumpai hanyalah berita buruk saja...

Aku pun sempat hancur menyaksikan sajian media massa (bukan hanya televisi)...

Hmmmm...

Nyambung gak sich?! heheee...

Kalau sempat dan berkenan, singgahi http://catatankecil-wendrawijaya.blogspot.com/2009/01/mencari-cinta-di-deretan-huruf-tersayat.html


Salam

Anonymous said...

Televisi (seolah) telah menjadi "provokator". Berita buruk telah menjadi semacam obat pengantar tidur yang merasuk dan membangun mental masyarakat bangsa ini...

Miris rasanya ketika yang kita jumpai hanyalah berita buruk saja...

Aku pun sempat hancur menyaksikan sajian media massa (bukan hanya televisi)...

Hmmmm...

Nyambung gak sich?! heheee...

Kalau sempat dan berkenan, singgahi http://catatankecil-wendrawijaya.blogspot.com/2009/01/mencari-cinta-di-deretan-huruf-tersayat.html


Salam

Anonymous said...

Semono itu artinya apa ya mas?

Memang, berita berita di televisi rasanya lebih banyak mengungkapkan berita yang bisa menjadi contoh kriminal, memprovokasi, mambangun opini saat menjelang pemilu daripada membangun motivasi dan memberi harapan dan optimisme.

Lilis Indrawati said...

Ada bau absurditas yang tercium karena napas sendiri...

Salam hangat dari malang, Bro...

Anonymous said...

wah
cerita yang matang

tajam tanpa menghunus pedang

salut sobat :)

Anonymous said...

Wakakakakaka Hancur hancur...

sungguh ironis. bagai semut di seberang sungai kelihatan. gajah di plupuk mata ga liatan.

sbagian massa sibuk dengan kekhawatiran morril banggsa lain. saya tau hal tersebut memang penting.

namun jgn sampai lupa dinegara sendiri banyak rakyat kcil yang merintih kesakitan karna haknya di rebut secara rakus oleh pemerintahan korup biadab.

banyak rakyat kelaparan.

tentang si ardi, sperti yang mas suryaden katakan. teriakan2 yang ardi lakukan bisa buat harga tanah di skitarnya turun. wakakakakakaka

makanya ajarin ardi ngeblog biar bisa di lihat oleh khalayak orang ramai
Syalalala...

Anonymous said...

radio apa tuh yang nyetel langgam jawa ?

gelombang berapa mas ?

hehe

Anonymous said...

waduh...bahasa nya tinggi2 neh...hehe beraatt boss..salute saya...Nice Post..Nice Blog...

keep Share..

nb : mas,pertanyaan mengenai Smadav Sudah saya jawab,silahkan bila berkenan di check kembali..

Thanks.

Cebong Ipiet said...

sumpek ah baca kehancuran mulu
bangsa kita butuh motivasi bukan lagi caci maki
uhuy

DavidMIqbal said...

keren Cerpennya....kayak asli

namaku wendy said...

hodoh sing dceritain koq semono sing hiks mengikis ceriaku hari ini tapi apik koq tenane mas:(:)

Anonymous said...

itu kehidupan di pinggir kali code ya...
maklum tanah keraton di sertifikat sendiri-sendiri, yah beginilah nasib bangsa ini, ngrampok rame-rame, kalo itu salah nantinya jadi bener...

Anonymous said...

yeee, kemaren ditungguin updetnya...walah ndak bisa petromaxxxx hikzz :(

kayae kang senoaji nie sering nulis di cerita cerpen yakkk utk surat kabar?bener kang?hehehe

uenaknya baca, dari alur ceritanya, abis itu sentilan2 yang...ehemmmm...uhuyyyy

yah...engga ada subscribnyaxxx...maunya saya pake baca klo buka imel..yahhhh...request kang...hihihi

Anonymous said...

kembali kepada nurani bangsa sendiri, sayang kita lupa bahwa kebersamaan sungguh penting..!!

pongpet said...

biasa cileuh segede gajah di depan mata tak kelihatan, tapi nun jauh disono segede titik dirindukan. hmm.. kalau mereka yang berjihad pada jadi berangkat, berapa banyak janda dan anak yatim yang ditinggalkan!

salam
dian

Anonymous said...

Ulama yang belajar menjadi nabi itu harus bertanggung jawab kalo nanti ada ratusan ribu pekerja pabrik klobot di-PHK. Juga kalo sekian juta petani yang kehilangan pekerjaan. Para ulama itu juga bertanggung jawab kalo nanti mereka yang kehilangan pekerjaan itu justru menjalani pekerjaan menjadi perompak dan perampok.

Anonymous said...

Wakakakakak..... ceritanya sama persis dengan kehidupanku di Sawangan depok. Aku seperti ibu itu... orang-orang berteriak "minggat!!!! bakar!!!" mereka lupa akan kebaikan yang telah aku tanam

Aku tetap mengalah pergi dengan 2 koper + anak perempuanku... aku meninggalkan rumah tanah toko grosir termasuk suamiku... tapi 1 koper itu dalam 4 th berkembang menjadi 2-3 truk kalo harus pindahan... aku sekarang tidak kaya raya... tapi aku hidup lebih dari cukup dan aku sangat bahagia... adem tentrem... ngak perlu pusing biaya sekolah... biaya kesehatan... kerja banting tulang siang dan malam 48jam/hari...

Hidup di negara yang dingin... aku malah mendapat kehangatan...
Hidup di negara yang tidak memuja Allah ... aku malah mendapat kesejahteraan, kedamaian dan penuh cinta...

Anonymous said...

wah jd ngeri juga baca postingan ini bro...di tv emang ngeri sih...mknya zie langsung pindah chanel aj klu ada berita2 ttg pembunuhan, kejahatan dll yg sifatnya kriminal

Kristina Dian Safitry said...

kehidupan semakin rumit. masing orang sibuk dgn urusanya..
*minggat lagi ya?*

Anonymous said...

dilihat dr segala insiden dan kekejaman yg terjadi di sekeliling, semoga membuka mata para ulama, bahwa tugas termulia bukan cuma sekedar mengeluarkan fatwa ini itu, melainkan melakukan tindakan nyata turun ke lapangan menyebarkan nilai2 damai dan positif, serta membantu meningkatkan kesejahteraan rakyat

jika sudah begini, aneh deh. negara2 atheist malah jauh lebih aman, damai, makmur, sentosa dibanding indonesia yg katanya berketuhanan yg maha esa...halah

Anonymous said...

itulah negaraku, penjaraku.....

Senoaji said...

@ali munandar:doa kadang lebih manjur ketimbang dengan unjuk hidung doang,

@atca:yup mbak... semono bisa diartikan yang cuman segitu, gak lebih dan bakalan berkurang, bener banget...

@wendra wijaya: 2 bulan kemarin saya berhasil untuk tidak menonton tipi. dan saya masih berusaha mengkampanyekan hati saya untuk saya pribadi untuk tidak lagi nonton televisi [program2 acaranya] [doakan]

@erik:secara tidak sadar kita digiring ke arah pure costumer addict dengan tayanga2 kriminalitas, politik, aktualisasi dangkal dan lain sebagainya, menggiring kita untuk menjadi manusia yang merasa unsecure, semoga keyakinan bahwa sebangsat2 network media masih banyak media lain yang menyuguhkan kualitas, berbobot dan base on kemanusiaan

@lis indra:salam hangat juga dari jogja...

@cucuharis:wuihhh bahasanya yoi banget...makasih sob

@fuda:acungan jempol 23 deh minjem tetangga...buat fuda

@rayearth2601:wkwkwkwkwkwkwkwk radio yang kecil itu, gelombang SW kayaknya wkwkwkwkwkwkwk

@aa.lil:hehehehehehe maafkan maafkan maafkan btw thanks infonya

@cebong ipiet:duh maafkan maafkan maafkan kalo suguhan saya gak menyegarkan, tetap berusaha... wkwkwkwkkwkwkwkwk

@david:makasih mas

@namaku wendy:maturnuwun mbak...

@suryaden:wkwkwkwkwkwkwk...

@gdenarayana:maafkan maafkan maafkan sob, belum pernah nulis di koran2 mas, susah masukknya wkwkwkwkwkwkwk

Senoaji said...

@brigadista:wehhh makasih udah mampir sob...bener banget UNITE!]

@pongpet:pongpet??? lucu banget namanya sob, blogger baru yaaa... lam kenal...

@ullyanov:setuju sob, kalo perlu satu persatu buruh itu harus dineneni sama ulama2 itu...

@juliach: serius mbak... wahhhh bisa merangkak lalu menjadi tegap bediri... keren...

@zizie:asik mbak...

@kristina dian safitry:makasih mbak atas kunjungannya

@nita:hehehehehehehehe

@perlawanan:hmmmmm...

Susy Ella said...

jadi....si istri yang diselingkuhin ma suami itu..motong kelamin suaminya ya? hahaaha....hal yg sama yang akan gw lakukan kalo suami gw (kelak) ternyata selingkuh..biar mati tak mampu hidup pun enggan.....sukurin lo....

oya....berita di tv emang sering bangeet jadi provokator. Para jurnalis kebanyakan hanya mencari kelemahan or kesalahan orang lain...jarang bangeet gw liat berita yang isinya hal2 yang bikin semangat, hal2 positif dan sejenisnya. kalo liat wawancara di tv, pasti si pembawa acaranya kesannya hanya pengen mojokin nara sumbernya....parah memang....
tapi daripada gw nonton sinetron...lebih baik nonton berita....namun lebih baik lagi nonton kartun sih hehehehe

mommy adit said...

*bengong...*

Anonymous said...

aku nonton TV yang nyaris rutin cuman satu: Mario Teguh Golden Ways tiap Minggu di Metro TV. Yang lainnya.. aduh... tidak baik untuk kondisi psikis saya

Unknown said...

dahsyat lah postingan hari ini :D

Anonymous said...

di tipi udah kayak gitu..
yang disindir nontonya tipi yang laen ...
yah gak nyambung jadinya, kita aja jadi korban nonton yang harusnya bukan bagiannya...

Anonymous said...

Lha piye...jamane pak harto di tontoni klompencapir pada bosen...berita isi peresmian gedung..jarena serba tertutup....sekarang setelah dibukak...protes juga.....dalam kadar tertentu ya kayak begitu keadaan negara kita...penuh hiruk pikuk...

Anonymous said...

Menggaris pembatas dengan kakinya. Warga berkerumun, mulut mereka komat kamit seperti babi kelaparan. Tidak ada yang bicara melantangkan suara untuk melerai pertarungan yang tidak sepadan itu.

Sudah tahu tak sepadan kok nekat ngelawan. Mbok ya bersatu dulu dengan para tetangga yang senasib sepenanggungan. Ajak pula tetangga nun jauh disana.

Anonymous said...

dari kemaren sampe tadi nggak tau kenapa nggak bisa comment, akhirnya sekarang udah bisa.... :D

Anonymous said...

Lha yo to mas, samsoyo suwe samsoyo sumpek ndonyane, dan keadilan akan masih terdiam bengong diantara jutaan keinginan yg saling tubruk, saling memaksa minta dituruti..

Diana Yusuf said...

tulisan yang indah dan hebat nih kang....hmmm semono yah

Anonymous said...

Life is not easy.... (Sigmund Freud)

Anonymous said...

bagus om ceritanya,meyakinkan pembaca, eh tapi asyik juga tuh om malam-malam sambil dengerin langgam jawa apalagi ada ehem-ehem hihih pasti tambah syahdu hehehe :D

Post a Comment

Jan-jan e ngene lho..

KHILAF ITU INDAH

Jangan pernah takut untuk menulis. Jangan pernah merasa tidak bebas menulis. Jangan pernah merasa tulisanmu itu tidak lebih baik dari tulisan siapapun. Jangan pernah dipenjara oleh ketidakmampuan. Jangan pernah merasa tulisanmu tidak layak. Dan jangan pernah berhenti untuk menulis lebih baik menurut ukuranmu.

Apapun aksara dan kata yang kamu toreh. Kamu telah menulis kalimat indah dalam hidupmu. Kelak menjadi cerita, dongeng atau mitos tentang keberadaanmu, karena kamu menulis.

PREKMATANE!

Tentang

My photo
Aku adalah seekor manusia. Dan Selalu ada saat yang tepat untuk menjadi Raja di Kerajaan sendiri. Senoaji

Lagi Pipis

Lagi Pipis
ANTRI DONG!!