17 February 2009

SELENDANG BERCAK MERAH

Labels:

Aku hanya ingin menari. Mereka menari! Kenapa aku tidak, 14 tahun umurku. Ini masa dimana kelincahan kaki tangan dan gemulai tubuhku, bergelora dengan lantunan nada-nada alam. Rambut kusuhku ku biarkan terjuntai lepas. Dan berayun bebas kala tubuh melantun bersama irama itu. Sungguh merdu, nyaman di telinga dan jiwa. Melambai-lambai memanggil, cepat bergegas dan berbaur terbang ke alam jiwa seni ini. Muda dan aku ingin menari. Mereka menari!

Lampu teplok. Malam. Jangkrik. Dan desis, dengkur teman sebarakku. Letih membunuh mereka setelah seharian menantang siang satu lawan satu. Lelap,senyap , begitu hening. Sesekali gaduh tikus-tikus liar belarian disudut-sudut kumuh barak. Mungkin ini musim kawin mereka.


Aku ingin tidur tapi mata ini masih mencakar kebelakang, berpegang erat, kelam masa lalu, 6 tahun terdahulu. Mereka menari! Kenapa sekarang aku dibalik terali tirani?! Aku hanya ingin menari. Aku tidak tahu Tuan-tuan Ibu Kota itu menari di alam sempit, hitam dan berlumpur, berbaur anyir darah dan belatung yang berpura-pura lapar. Itu bukan salahku. Aku hanya bisa menari! Mereka menari! Kenapa hanya aku dan teman-temanku yang dipaksa mengakui!

Entah mengapa Ibu kota terbakar. Semua merah. Entah darah atau amarah. Lambang-lambang itu dibakar, diberangus dan dibungkam bersama orang-orangnya. Semua bergelimpangan. Entah mati atau dipaksa mati.

Tak terhitung seberapa cepat belatung itu harus bekerja keras menghilangkan bukti kekejaman, sodara makan sodara. Seberapa cepat angin menyapu bau-bau bangkai yang terbengkalai. Tak ada bukti tak ada lawan atau kawan yang tidak mati

Aku rindu ibu, bapak, rumah. Aroma hujan dan becek jalanan kampung. Aku rindu bermain hujan bersama kawan sebaya. Aku rindu kupu-kupu, rembulan.. Haruskah aku panggil semua? Tidak! Aku tidak ingin mengganggu. Biar keluh kesah ini aku bungkus lalu ku buang di sudut kebun.

Tapi aku percaya tak selamanya bau busuk itu tak mampu bicara, tetap saja keadilan akan datang tanpa pesan. Keajaiban hanyalah kicauan dijaman yang buta ini. Jaman yang menghilangkan jaman. Bumi dengan negeri yang menghilangkan salah satu dongengnya. Dongeng tentang kebenaran ribuan nyawa yang dimusnahkan.

sekarang, aku bisa menari. Menari, tarian kehidupanku yang baru. Anak2ku cucu2ku semua ikhlas memelukku tanpa ragu. Sempat ku pikir mereka akan meludahiku karena aku dan masalaluku. ternyata tidak, mereka adalah gerak gemulai tarianku. Yang akan selalu melantunkan tembang hidup yang baru, disela semakin terkikisnya waktu ku untuk hidup. Dan suamiku, aku cinta beliau sampai Tuhan bosan melihat kita hidup.

70 comments:

Unknown said...

pertamaaakkk..pertamina....

hmm..baca tulisanmu jadi ingat novel Ronggeng Dukuh...apa tuh....? Lupa deh judul tepatnya.

Anonymous said...

keduaaaaaaaaa.

hihihi hayo wingi ndelok ronggeng neng endi?kok ra ngajak2 aku yo

brown sugar said...

Terinspirasi ama filem kuntilanak anak beranak ya mas......

Anonymous said...

diksinya hebad eoooyyy boleh belajar mas/mbak?

Anonymous said...

jangan berjoget pantat di depan gubernur Jabar ya..., ntar dicekal atawa malah diharamkan...

padahal budaya lokal.lho....

Unknown said...

menarilah, seperti tarian kehidupan...diantara penari disekelilng kita.

awie said...

wkwkwkwkwkwkwkw alih propesi kang mo jadi penari profesional yah wkwkwkwkw keyennnnnnnnnnnnnnnnnnn

Anonymous said...

hehe... goyang manggg....hehehe...

Anonymous said...

jadi inget wkt masih jaman muda dulu suka nari jawa hehe...

Anonymous said...

ning nong ning gung....

aku seneng kata2 sing muni "Dan suamiku, aku cinta beliau sampai Tuhan bosan melihat kita hidup."

Anonymous said...

menari bisa melepaskan dahaga...lhoh?? ngga nyambung hehehehe

Kabasaran Soultan said...

Teruslah menari gadis kecilku ..tarianmu adalah tarian alam, lahir dari olah rasa yang dalam ..jangan pernah kau hiraukan mereka yang menutupi aib dengan kata-kata, yang membungkus kotoran di kantong-kantong mereka ...teruslah menari ..tarianmu tarian kehidupan ..biarkan anjing menggonggong ..lambat laun suaranya habis ditelan lolongannya sendiri.

Nyambung ngak sih ..ini ada hubungannya dengan jaipongan khan ?

Anonymous said...

sepenggal kisah yang menyentuh hati bro

Senoaji said...

@sang cerpenis bercerita:Iya pa mbak.. waaaaa..

@ipanks:hayahhhh!!! ciatttt crott crott wkwkwkwkkwkwkkwkwk

@yumaima:waaaaa gak sehoror itu mbak... xixixixixiixixixi

@suwung:nuwun mas, kelaminku laki2 wkwkwkwwkwkkwkwkwwk

@bagus pras:wkwkwkwkwkwkwk... gubernur juga jgn ceramah di depan penari nanti malah di goyang fiuh!

@boykesn:dalemmm... sob

@awie:ciattt ceprot ceprot! membaca saja aku sulit apalagi suruh njoged wkwkwkwkkwkwk

@lyla:hayaahhhh !!! mbak lyla ini malah ngajakin goyang cangkul

@my journey:serius sob??? asik dung

@tukang nggunem:wah nuwun2..

@atca:menari sweat minuman paling yoi wwkwkwkwkwk

@KABASARAN:gak ada pak, ini kisah nyata... seorang anak kecil harus mendekam dipenjara untuk sekian tahun, karena salah tangkap...

@ziezie:hmmmm....

Anonymous said...

kapan JUPE bisa nari bang, bisanya goyang patah - patah ama goyang keselek aja :D

abang bisa nari ndak, nti JUPE tarik deh mankkk...wekekekek

Senoaji said...

@JUPE PAMER CD: BECAK KALEEE DITARIKKKK!!! Ciiaaatttt!!! jurus menghilangkan CD dimuka JUPE CEPROT! CEPROT! ZAMZ! POIINGG!! POW!

wkwkwkwkwkwkkwkwwkwk

♥ Neng Aia ♥ said...

mata mencakar itu bagaimana ya nyip??

Umi Rina said...

Kereeen diksinya...
Beneran kisah nyata nich Kang? Ikut miris jadinya...

Anonymous said...

goyang maang..
koneksi gw ikut goyang -_-!

wakakakkkaa,

Anonymous said...

waahhh, kayanya neeh tentang perubahan budaya ya mas??? perubahan pola pikir, perubahan masa.. dimana dimasa lalu dianggap tabu, kini dimasa sekarang seakan akan menjadi kewajiban,...

Anonymous said...

banyak temenku yang jadi penari loh....

Anonymous said...

saya kira selendak bercak merah itu desain selendang dengan motif bercak-bercak merah, jauh2 dari jogja nengokin ehh...ternyata ini selendang budaya yg mau tergilas zaman ya. mmmm....baru ngeh nih

Haris Firdaus said...

menarilah dan terus tertawa walau hidup tak seindah surga! kata2 yang tepat, mas?

PS Holic said...

yuuu mare kita sama-sama menariii...
salam juga sob... hihiihihihih...

Anonymous said...

menarilah terus... ikuti irama kehidupan yang harmonis dan dinamis

Baka Kelana said...

Menarilah kawan ...dengan menari membuatmu bahagia maka itulah jalan terbaik bagimu

Linda said...

thank u senoaji sdh mampir di blog aq,
hayu menari...!!!

Abu Kila said...

dang dung tuk tak tung tung der, asyik ...

elly.s said...

iya..mending balik kampung..
walaw jalan selalu becek kraena penguasa2 itu tak pernah peduli atau malah dana utk perbaikan telah dikorupsi...

tapi kampung memang masih lebih nyaman ...ayo nanem ajaaa....

Rezky Pratama said...

spesialis cerita ya

farahk said...
This comment has been removed by the author.
Anonymous said...

vough..bahsa abg mmg indah giler..bole jd sasterawan .

Wong Slawi said...

Aku juga mau dong diajarintari jaipong...
slam kenal kang..?

Elsa said...

setuju sama Sang Cerpenis
serasa baca "Ronggeng Dukuh Paruk" nya Ahmad Tohari.

DavidMIqbal said...

saya jadi teringat Teman saya yg Di jawa yg menari Jaipong Tiap malam untuk sesuap Nasi,walau badannya Sering di sentuh Bapak2 jahil...gimana kabarnya y

Anonymous said...

hehehe... serius sob... dulu diriku penari jawa...jaman masih SD sampe kuliah... hihihi... tp wkt SMA agak malu hehe... pake kemben gitu lohhh... tp yoo gimana lagi...lah wong mewakili sekolah...

Anonymous said...

hhhmmmm.... kira2 apa pesan dari artikel ini ya..??

Anonymous said...

Waduh, maksude opo iki mas seno ???

qqqq


bingung aku

Susy Ella said...

senoaji....lo suka nari yaa hehehe..
ga kebayang deh gw...

Susy Ella said...

mmmm tapi ceritanya bagus loh

Anonymous said...

ini sebagai 'aksi protes' terhadap himbauan gubernur jabar ya?hehe

ps: sepertinya RSS/Atom feednya eror, saya coba subcript tidak bisa...

Unknown said...

ayo goyang duyu...
lepaskanlah sedihmu...

RIP said...

itu selendang darah ya??
hehehe

Kristina Dian Safitry said...

dulu, aku berfikir, aku ini tidak bisa menari. otakku terlalu tumpul untuk mengerti sebuah gerak kehidupan. dulu,aku berfikir, tak mampu memakai baju penari, tapi ku coba dan selalu ku coba. aku bisa, meski dadaku sesak karena tarian yang terlalu seronak. maka aku berfikir, bahwa tak semua orang bisa melihat sebuah tarian dengan pikiran"normal", hingga tak sedikit yg berfikir, sesuatu hal yg wajar bisa berakibat fatal.

namaku wendy said...

hehehe dulu kecil selendangnya simbok suka dpake utk mainan gendong2an boneka:p
jangan berhenti hayuuk menarilah terus menari di antara riuh rendahnya kehidupan

Ajeng said...

Mas, alih profesi ya? Tapi ati-ati lho, kalo terlalu "heboh" ntar kena cekal

mocca_chi said...

iya, seperti novel ronggeng dukuh paruk, feelnya desa bgt wkwkwk

Anonymous said...

njoget sik...

Anonymous said...

mau ikutan nari ah...tapi malu....

Anonymous said...

sepertinya memiliki bakat menulis cerpen yang bagus...?

Anonymous said...

*lagi menari penuh dengan emosi diri*

Anonymous said...

orang mencoba menggambarkan kehidupan dng sebuah tarian... yang lain mengapresiasinya untuk di ejawantahkan ke dalam kehidupan... kabeeh koyo cokro manggilingan.

Anonymous said...

tarian itu memang tak sekedar menggerak2an tubuh.
tapi ada sebuah cerita dan jiwa dari setiap tarian yang digerakkan..

Anonymous said...

menari itu memang seni, seni dalam bergerak, dan dengan menari, kita bisa menyampaikan pesan sesuatu ke orang lain lewat bahasa tubuh kita. itulah seni tari...menurutku sih...luph seni dah...seni apa aja wes...hehehehe...budayakan tarian indonesia...^^

J O N K said...

wah keren mas, sisi lain dari SenoAji ...

Like this.

Kabasaran Soultan said...

ic ..tak pikir ada hubungannya dengan ribut2nya Jaipongan yang katanya dilarang Gubernur JABAR ..jadi itu kisah nyata Tragedi gadis kecil yang salah tangkap ... salam buat gadis kecilnya.

Anonymous said...

@aia:wah itu rumit melibatkan kompresor airbrush [nyip yip nyip]

@Umi Rina:bener Umi... 14 tahun dipenjara tanpa proses pengadilan baru keluar sekitar th 1979an

@fuda:wkwkwkwkwkwkwkwkwk...

@Brigadista:yap! cakep baget reviewnya

@suryaden:malahan!

@nirmana:hampir mas nirmana...wkwkwkwkwkkwwkwk

@Haris Firdaus:belum wkwkwkwkwkwkwkw

@G:wkwkwkwkwkwkwkwwk ayuuukkk genjot terus...

@madhysta:hayuuukkk wkwkwkkwkwkwkwk

@baka kelana:wewwww... makasih kunjungannya...

@Li:sama2 mbak... yuukkk

@agus irwanto:crett wkwkwkwkwkwkwkwkwk

@elly.s:wkwkwkwkwk makasih Bunda untuk kunjungannya

@rexky p-RA-tama:wahhh gak juga, spesialis makan siang wkwkwkwkwkwkwkwk

@vivacious_girl04@yahoo.com:waaa. gak segitunya...

@wong slawi:hayahhh! salam kenal juga

@elsa:wahhh... beneran belum pernah baca bukunya

@my journey:wahhhh mbak seharusny bangga jadi pewaris budaya... ayooooo lanjutkan...

@susy ella:weks... itu bukan aku waaaaa...

@d3ptzz:waa maksih masukkannya udah aku perbaikki

@linda belle:waaaa.... goyanga ahhh

@RIP:waaaa... gak sehoror itu...

@kristina dian safitry:hmmmm.... dalem... mbak...

@namaku wendy:wuiiihhhh mbak yang satu ini emang bikin suiiitttt swiiittt hayahhh!!!

@ajeng:waaaaaa... kalo dicekal sama perempuan mahhh hayuuu ajah wkwkwkwkwkkwwkwkwkwk

@mocca_chi:waduhhh aku haru merasa seneng to sedih nehhh wkwkwkwkkwkwkwkwk

@gubrik:malahan!

@munawar am:wahhh makasih mas...

@aRai:wewwww...

@pingin goyang duyu:wahhh jerooo tenan

@easy:yap! cucok

@piyudh:haoyyyyoooo majulah budaya negeri sendiri

@J O N K:xixixixixiixixiixixiixi... jadi njebluk kepalaku

@KABASARAN:perempuan yang dihilangkan identitasnya pak...

Anonymous said...

kang,daku tunggu neng blog ku yo.puenting buanget ki

IjoPunkJutee said...

Menari....se-irama dendang hati dan gemulai jiwa, mengais kenangan masa lalu yang entah tertimbun sampah...

Menari, sejenak campakkan sesaknya otak, karena debu-debu itu tak mau pergi....

Menarilah kawan....
mari menari....
ikuti irama hati....

www.katobengke.com said...

wah seno...kamu pintar bangat buat cerpen yah...
knapa kamu tak terbitkan ajah jadi buku bagus loh.....

Ratusya said...

mampir... salam kenal... tok tok... huaaaa postingannya bagus bener. berbobot n nyastra. bener kata katobengke, knp ga bikin buku ajah?

Anonymous said...

Sajian bagus ... Great

dwina said...

hmmm seperti melihat penari jawa yang gemulai di alun musik khas jawa...
hmm bener bener seni rakyat yang apik

Cebong Ipiet said...

nonton sinden?
my brain nut ndak nyandak haha

210488.blogspot.com said...

menari dan terus menari dan tetep berkreasi

Anonymous said...

hmmm... goyangannya.... siip

Anonymous said...

selendang merah.... kaya spanduk di partai d serang.....
hehehehhe....
Goyang mang.......

Anonymous said...

ikutann goyang2 boleh gak ya...

AndriRistiawan said...

sepertinya ini terinspirasi sebuah PILM nieh
-_-
tapi bagus banget cara nulisnya
I like that
:D
hahaha
:D
link blog iniudah masuk friendlistku...
tapi baru bisa maen2 kesini sekarang
maap ya ^_^
nice post pokoknya
ntar maen2 lagi ah

Anonymous said...

Bener nih ... abang jadi ingat cerita Ronggeng Dukuh Paruk, kalo gak salah tulisan M. Amin Tohari, mirip banget ceritanya

Nice post ..!!!

Post a Comment

Jan-jan e ngene lho..

KHILAF ITU INDAH

Jangan pernah takut untuk menulis. Jangan pernah merasa tidak bebas menulis. Jangan pernah merasa tulisanmu itu tidak lebih baik dari tulisan siapapun. Jangan pernah dipenjara oleh ketidakmampuan. Jangan pernah merasa tulisanmu tidak layak. Dan jangan pernah berhenti untuk menulis lebih baik menurut ukuranmu.

Apapun aksara dan kata yang kamu toreh. Kamu telah menulis kalimat indah dalam hidupmu. Kelak menjadi cerita, dongeng atau mitos tentang keberadaanmu, karena kamu menulis.

PREKMATANE!

Tentang

My photo
Aku adalah seekor manusia. Dan Selalu ada saat yang tepat untuk menjadi Raja di Kerajaan sendiri. Senoaji

Lagi Pipis

Lagi Pipis
ANTRI DONG!!