Jangan Salahkan Hujan

Bilun tiba dirumah Togol. Basah kuyub seluruh tubuhnya. Hujan menghajarnya tiba-tiba di perempatan Tugu. Tak sempat Bilun itu berteduh. Jas hujan tertinggal dirumah. Dan pawang hujan sibuk jompa jampi melobi hujan untuk berhenti, karena sebuah perhelatan kaum gedongan sedang berlangsung. Mengumpat seribu hujat. memaki sejuta tai.

Cuaca gak boleh dimaklumi. Acara bertemu si cinta, bubar aburadul gara-gara hujan musiman. Yah mau apalagi bau wangi sudah tak ada lagi. Bubur sudah dicampur ayam. Dan semua terjadi begitu cepat, dari kehujanan sampai rentetan umpatan. Hanya satu tujuan pulang tanpa kesan. Atau buru-buru ke rumah teman. Pilihan jatuh ke rumah teman. Togol.

Bilun berdiri menggigil didepan pintu. Raut mukanya tak kalah lebat dengan hujan lepas magrib itu. Mendung berduyun-duyun, melahap seru-seru para lacur bintang. Sesekali petir memotret. Jepret prett. Sorot mata si Bilun, layu. Terpancar pesan-pesan dari jalan dan hati, hanya satu kata. Curhat!

Kopi? teh? kopi teh? teh kopi? atau kopi dan teh? Togol tawarkan beberapa menu minuman. Bilun melengos, meraih handuk dan masuk ke kamar mandi. byuurrr ceburrr! Kopi panas dan 2 bungkus rokok cukup, pikir Togol.

15 menit setelah basa-basi.
Kopi hitam memekat didasar cangkir. 3 batang rokok meringsek puntungnya di asbak. Wajah kuyu, merunduk. Beberapa ekor jemari berakobrat dengan sebatang rokok. Berputar. Berputar terbalik. Berputar. Jatuh ke betis. ASUUU!! Seiring geram hati terluapkan. Togol sandarkan punggungnya ke dinding kamar, mengambil jarak. Aman.

Togol berusaha tenang. Dihisap rokok yang dikulum dibibirnya. pusss!!! "ceritalah teman". Celetuk Togol. Tak butuh waktu sewindu. Mulut Bilun mulai komat kamit. Bicara cepat. Marah!. Bicara cepat lagi. Rokok. Kopi. Bicara cepat lagi. Kopi. Rokok. Asap. Lalu satu kepalan ke bantal guling Togol. Buk buk buk! Tai kucing, breng...tiiittt sek!! brak bruk derr jrengg!! Kopi lalu rokok. Diam. Sorot mata Bilun tajam. Muka merah. Lalu menghujamkan tubuhnya ke kasur. Menghela nafas panjang. Langit kamar menjadi menggelinjang oleh tatapan Bilun. Cicak didinding sontak ge-er, dipelototin Bilun. Yang terjadi adalah crett, muntahan bom atom jatuh dari ketinggian atap-atap langit.

"Ooo.. jadi kamu marah karena perempuan yang kamu suka, ciuman sama cowok lain?".
"seru dong!" Bilun melotot! Togol blingsatan.
"maksudku gak seru!" Togol sigap mengembok rapat mulutnya. Diam. Berkali-kali Togol menghibur, dijelaskan oleh Togol bahwa perempuan masih buanyaak. Apalagi dengan sesok Bilun yang punya gaya romantisme ala Brahma kumbara dan Rajawalinya. Bilun manggut-manggut. Dan sekejap guling beserta bantal, sibuk berkerumun di muka Togol.

"Hmmm.. tapi kasihan juga Bilun". Gumam Togol.
"Aku tahu bagaimana Bilun menggadaikan jiwa serta handphonenya untuk perhelatan yang dia anggap paling sakral. "
"Hmm..Dari ritual-ritual cinta yang pernah mahsyur di muka bumi ini. Makan malam dengan lilin ini yang paling dinanti oleh Bilun, bersama perempuan yang ditaksirnya sejak renovasi jembatan kampungku (1999) sampai renovasi lagi, sekarang (2008)".
Togol mengelus hidungnya. Tanda berduka untuk nasib cinta si Bilun yang dikebiri cuaca.

"Namun sayang selama itu juga aku belum pernah tahu siapa perempuan itu." Togol menatap sendu wajah Bilun yang mulai berkisut sedih.
" moga-moga perempuan dari kawanan manusia. Bukan babi hutan. ups!" Bilun melotot! Kata-kata terakhir terdengar olehnya. Secepat kilat Togol mengajukan permohonan maaf.

"Ku pikir masih kata hatiku yang bicara. Ehh gak tahunya.. " Togol mengajukan pembelaannya. Bilun kembali meringsek dengan mukanya yang tak kunjung padam..

titit titit titit (SMS masuk)

Togol tersenyum..
"mas.. malam ini.. malam paling indah.."
*petir menyambar. hujan kian lebat.*
"makan malam yang lucu.. hehehe.. mmm.. betewe.."
*clorott.. duerrr! petir melongok dari balik awan hitam.*
"kecupanmu tak terlupakan.."
*pohon asem londo, tersambar dan terbakar!*

Togol sibuk membalas sms perempuan itu. Ketika Bilun telah terlelap dengan posisi nungging paling seksi.