Malam ini Asih neneni Ragil anak ketiganya ditempat semua orang meretas doa dan jampi-jampi kuburan. Dimana berlembar-lembar kertas dengan deretan wajah asing, Digelar lagi. Beberapa orang yang hadir terlibat kasak kusuk, gunjingan bertebaran dan sesekali teriakkan protes melayang dari sudut ruangan. Mungkin juga itu tukang kepruk yang sengaja menyisir mulut-mulut saksi yang terlalu vokal memprotes proses itu.
Entahlah bagi asih uang 100 ribu yang dijanjikan salah seorang caleg menjadi hal yang paling patut dipertahankan. Meskipun sembari menembang nina bobo si ragil. Kerjaan sesaat itu Asih niati tanpa sunnah hukumnya. Wajib! Duduk dan memlototi setiap lembaran kertas yang dijulurkan kepadanya.
Dugem Pemilu usai sudah! . Media semakin getol memberitakan hitungan-hitungan cepat. menggemborkan bahan untuk orang-orang berandai-andai. Jauh diujung kabel kotak-kotak berkaca. Penggede-penggede partai mulai melafas jurus-jurus manuver politik. Peta perang sudah semakin nampak. Ukuran-ukuran keberhasilan mulai ditancapkan. Dan episode apa yang akan diputar dilayar tancap bangsa ini? Entahlah! Semuanya tebak gambar! Belum jelas dan belum ada keyakinan penuh mengurai kehidupan bangsa ini diwaktu-waktu yang akan datang.
Malam itu jalanan, lengang. Hanya dibeberapa tempat masih banyak orang berkerumun. Dari salah satu warung dipinggir jalan, Tukang becak mengadu pendapat dengan tukang parkir tentang kehebatan penggede-penggede partai mereka. Mungkin malam ini tema mimpi dan cerita-cerita pujangga akan terfokus pada persoalan sajak-sajak nasib negeri. Atau pantun-pantun calon raja bangsa ini.
Ragil masih diterbungkus selendang. Dalam dekapan Asih yang terkantuk-kantuk, Ragil terlelap dengan mulut mungilnya tenggelam dipayudara si Ibu. Anak kecil itu separoh hari menjadi saksi untuk ibunya. Bagaimana seorang Ibu sungguh aduhai mencari ceceran rejeki. ini persoalan janji seorang ibu kepada anaknya yang mungkin akan tercukupi dengan uang 100 ribu dari caleg itu.
Langit mungkin masih merah. Tebaran kemenyan dan proposal-proposal dadagan meminta restu penguasa Surga mungkin mulai berkurang porsinya. Beberapa orang mencabuti jemuran bergambar wajah-wajah asing. Dan atribut-atribut kampanye. Bahkan seorang ibu nekat melepas sepanduk besar untuk kemudian disematkan sebagai penutup warungnya.
Muka kuyu, wajah tertato kelelahan, dengan Ragil digendongan terbalut selendang. Asih pulang menuju rumah yang tak jauh dari tempatnya berperan menjadi seorang saksi. Ditatapnya Ragil, air liur menggenang pekat dikulit pipi yang mesra berjumbu dengan daging kenyal gudang air susu_ Asih ibunya.
"kita pulang nak.." dikecup kening si Ragil.
"Besok janji emak, akan emak penuhi.." Disapu air liur Ragil. Diselipkan lagi kutangnya.
***
Disebuah ruang maya...
Penulis : hmmm...
pembaca: kenapa??
penulis : heran aku..
pembaca: apanya..
penulis : maksud tulisan ku itu apa ya?
pembaca: (doh)
Home » FIKSI BATINIAH (Sebuah Cerpen) » Liur
10 April 2009
Liur
Labels:
FIKSI BATINIAH (Sebuah Cerpen)
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Business
Cerita Bergendut
Efek Kaca Pada Rumah
FIKSI BATINIAH (Sebuah Cerpen)
Frank Sinatra Closet
jejak mungil
make money
Mendulang
Moonlight Serenade
Online Options
Opinionase
PIALA DIGILIR
Reswara Silmi Wicaksono MERDEKA BUNG
Reswaraku
Reviews
RUANG KOSONG
sementara stresss dulu
The Backdoor Room
The Cinema Room
The Download Room
The Radio Room
The Reads Room
The Rooms
wawawu
wawawuwiwowa
KHILAF ITU INDAH
Jangan pernah takut untuk menulis. Jangan pernah merasa tidak bebas menulis. Jangan pernah merasa tulisanmu itu tidak lebih baik dari tulisan siapapun. Jangan pernah dipenjara oleh ketidakmampuan. Jangan pernah merasa tulisanmu tidak layak. Dan jangan pernah berhenti untuk menulis lebih baik menurut ukuranmu.
Apapun aksara dan kata yang kamu toreh. Kamu telah menulis kalimat indah dalam hidupmu. Kelak menjadi cerita, dongeng atau mitos tentang keberadaanmu, karena kamu menulis.
PREKMATANE!
Apapun aksara dan kata yang kamu toreh. Kamu telah menulis kalimat indah dalam hidupmu. Kelak menjadi cerita, dongeng atau mitos tentang keberadaanmu, karena kamu menulis.
PREKMATANE!
Tentang
- Senoaji
- Aku adalah seekor manusia. Dan Selalu ada saat yang tepat untuk menjadi Raja di Kerajaan sendiri. Senoaji
51 comments:
(doh) pisan.......
salam wae sama si ibu ASIH sama ANAKNYA, bilang ojo gelem bayar di belakang, mintaa bayar dimuka.......
hihihi....
lhah piye to?
penulisnya kok malah bingung sendiri...
btw, tulisanmu tambah apik lho mas seno... tenan... :)
KULDESAK!!!!!!!!!!!!
mboh aku sama dugem pemilu itu, biarkan saja lewat meninggalkan tetaluannya, karena aku takkan berpaling ke arahnya.
Wah cerita ini menyarankan money Politics
waspadalah!!
tulisannya bagus kok
cuma isinya yg membingungkan
hehehe bercanda
niatnya kan kritikan cerdas
tapi apa daya :D
walah, cerita adegan nenenni anake...
apik tenan pemilihan frame adegane, wkwkwkwk
tapi koq judule liur ???anake ngiler po ?
setelah kubaca dua kali baru mengerti maksud ceritanya,he..he... money politic nih
pembaca: hehehhe meskipun agak-agak binun kayaknya daku masih mengerti apa yang dikau katakan kang, si ragil ngences tho...
asih adalah salah satu dari sekian banyak warga yang di sogok oleh para caleg. nggak hanya di indonesia tapi negeri tempatku hijrah sementara juga nggak lepas dari yang namanya sogok menyogok
Politik uang bisa dimana saja..
asal gk ketauan za :D
sogokan ada di mana-mana...
Do adohhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh, kang seno do adooooooooooooooooooooooo. tulisannya pool-poolan terus.
mas, mas
R U OK?
lha terus liurnya dikemanakan mas?
itulah caleg, cangkem yang selalu muleg...:D
lima menit untuk sakit menahun rakya jelata....
ngga tega aku
Doooohhhhhhh, perlu saya kirim onta buat digigit mas ?
wadoohhh :D
money politic mmg sering mewarnai kancah perpolitikan di negeri ini, hnya karena 100 ribuan, penderitaan selama 5 tahun harus di tanggung....
Sungguh-sungguh sebuah pengalaman pribadi yang mengharu biru...
Tak banyak orang yang berani membuka lembaran kelam masa lalunya...
Soooorrrrrrrrrrrrrrr..... Wkwkwkwkwkwk....
hmmmmm.. kasihan si Asih ya.. janji sang "pendekar" partai atas uang Rp 100 ribu ternyata hanya janji kosong belaka....
mas Seno, jangan bingung lagi ya.. saya yg baca jg ikut bingung nih..hehee
ga jadi ya dapat duitnya? heeh, *syukur nasibnya ga jelek jelek amet,setidaknya dijanjikan duit,walau akhirnya ga kesampaian :P
Pembaca: (LOL) gila ada2 aja,, dasar... kreatip coy,, salam kenal ya :D
wah kirain liur itu bahasa Banjar..
hahahaa..
Ragil umurnya berapa bulan or tahun sih?? tapi bagus deh Asih memberi ASI ke anaknya. bilang sama ibu Asih, Ragil di kasih ASI mpe 2 tahun saja cukup kok!
lho apa ya?? *ikutan heran kyk penulisnya*
mumet plus jijik ngeliat petinggi partai yang mulai bermanuver lagi pasca pemilu :P
karena penulisnya bingung..ella jadi ikut bingung....heheheeh
Hemmm sing nulis asline otak mesum ini...pantes kata-kata neteki itu yang pertaman hehehe...kekeke...
Ebook dan Seminar Gratis,...Mau...!!!????
Segera Gabung Bersama Pak Tung Desem Waringin (Pakar Marketing Indonesia), Dengan Icon-nya : Salam Dahsyat....
klik Disini Untuk Gabung Seminar dan Ebook Revolution Marketing Gratis
oooo... jadi pemahamannya seperti ini janji dalam sebuah partai akan mudah diucapkan sedangkan memenuhi janji yang sebenar2nya perlu juga satu atau dua pengorbanan. seperi si asih yang rela melakukan pekerjaan yang jelas2 dia tidak terlalu mampu, namun janji diberi 100rb oleh si caleg, membuat asih rela berjam-jam berperan menjadi saksi! hanya untuk memenuhi janji ke anaknya yang bisa terpenuhi kalo Asih mendapatkan uang seratus ribu! dan dialog terakhir kayaknya memperjelas bahwa ada sindiran! bisakah caleg seperti seorang ibu yang berjanji sesuatu dengan anaknya. Bisakah caleg2 itu melakukan hal2 yang heroik dimata pengusungnya?? mungkin review ku seperti itu mas
salam...
yah harus membingungkan seperti menjawab sebuah soal tanpa belajar
oooh kui toh sing marak ne sampean ngeces hahaha
itulah realita bangsa ini... selalu saja begitu
persis seperti itulah air liur kita, ketika usai pesta dan mungkin akan diseka oleh berapa tisu nantinya...atau dibiarkan saja meleleh jatuh tanpa iba
Wakakakakkak keren bro..
begitulah nasib kaum yg termarjinalkan ..hiks
pertanyaanku mung siji ; kutange kuwi warnane opo???
BUNG SENO GIMANA KABARNYA
lha bagi orang kyk asih, barangkali uang kyk gitu itulah yang paling berguna buat dia. itu mngkn satu2nya guna pemilu buat dy. he2.
kalo gw sih melihat dari sudut pandang penulis... klo money politic sih dah biasa ya..gak terkaget2 gwx.. tp kalo ditelisik lebih jauh lagi..gw liat sepanjang cerita penulis hanya memperhatikan 2 hal prinsip yaitu..Asih & ASI (bolak balik disitu doank hakakaka) whaaaaaaaaaaaa... skrng apa persamaan ASI dan air mineral?
kalo asi tuh enak karena langsung dari sumbernya,,kalo air mineral tuh air sumber tapi dimasukin botol,,hehehehe
Hmmmmmmmmmmmmmmmmmm
wah...tiap kesini kok bingung mau koment yah?
hiks..
ada tiga jenis penulis di Indonesia;
1. penulis pinter yang menulis dengan gaya pintar
2. penulis goblok yang nulis dengan gaya sok pintar padahal isi tulisannya omong kosong
3. penulis pinter yang pura-pura goblok padahal ketauan banget kalo si penulis itu pintar karena tulusannya bener-bener pintar (halah!)
kamu dan Raditya Dika adalah penulis tipe ke tiga.
ah pemilu...
kok saya gak ketemu sama itu ibu yak?!
laen TPS kali yak??
terima uangnya tapi jangan contreng partainya...
Aku mung arep komenk sing ngisor dewe kuwi lho...
Chat ala Plurk koq yo digowo mrene ki lho..( antemi kursi ndahe) wakakaka......
Tanggung kemenknya tak ganepi 50 pisan...
Sekalian mo ngelap liur...nyiprat!
janji asih pada ragil apa ya?
dq kadang2 mpe skrg klo tidur masih ngiler mas
lho....*mbuka aib*
mampir nich dari jaksel...
:)) :)] ;)) ;;) :D ;) :p :(( :) :( :X =(( :-o :-/ :-* :| 8-} ~x( :-t b-( :-L x( =))
Post a Comment
Jan-jan e ngene lho..