PTC (Pegel Tenan Cah!)

Mataku mulai berair. Kelopaknya tak lagi semangat menatap esok dan esok sesudahnya. Pupil, retina dan apapun yang ada didalam cangkang mata, ku persilahkan berkecipak sepuasmu. Karena memang kalian salah tempat. Terlelap bukanlah jadi kebiasaan baik buat ku.

Dan dengkulku semakin beranak pinak pegel-pegelnya, bergerilya menyerang tiba-tiba lalu pergi meninggalkan kenangan yang tertoreh lama. Tubuh bagian belakang ku rasakan ada beberapa otot yang sengaja lari dari tempatnya. Dan tulangku kian keji melakukan tindakkan seporadis dengan ngilu sana sini.

Aku siap kamu balas sekita ini juga. Aku sadar memperlakukanmu tidak nyaman. Aku tahu kamu butuh merebahkan diri, namun tetap saja ku paksa menopang gempalnya tubuh dan besar kepalaku.

Beberapa ramuan pabrik, sukses aku poles ke kulit. Berharap kasiatnya menghujam ke persendian yang ku keluhkan. Ada lagi jamu yang khusus diminum. Berharap dari kerongkongan lari ke dalam tubuh dan melakukan fungsi dan tugasnya dengan sebaik mungkin. Memotong sirkulasi pegal-pegal diseluruh tubuhku.

Namun sayang, apa yang dibungkus dalam daging dan saus darahku ini haus bermanjaan dengan angin malam. Terus meminta. Dan menjadi Candu dan represif. Menggibas semua revolusi kebiri pegel linuku. Dan tak bisa aku pungkiri romantisme mereka sungguh dahsyat. Mengalahkan apapun yang menjadi wejangan-wejangan para fanatikkan ilmu kesehatan.

Dengan segenap hati aku haturkan maaf untuk lelah, pegel, linu dan semua persendianku yang protes! Maafkan aku, kelak aku akan ingat kalian sebagai teman sejawat hati.


Nggrookkk!!! Nggrroookkk! Nggrroookkk!!! ZZZzzzzz....!!!

Bangunkan aku ketika kokok badak mulai dikumandangkan okeee!!...

Nggggrrroookkk!! Ngggrrrooookkk!!